Ulama Kharismatik Kudus, KH Ahmad Basyir (Mbah Basyir) Wafat
Innalillahi wainna ilaihi raajiuun, ulama kharismatik yang juga Pengasuh Pesantren Darul Falah Jekulo, Kudus , Jawa Tengah, KH Ahmad Basyir wafat Selasa (18/3), pukul 00.10 WIB di Rumah Sakit Islam Kudus. Menurut rencana, jenazah Mustasyar PCNU Kudus tersebut akan dimakamkan Selasa hari ini pukul 14.00 di pemakaman umum Dusun Kauman, Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo.Ribuan pelayat sudah memenuhi kediaman almarhum di Dukuh Mbareng, Jekulo Kudus. Bahkan sejak Selasa pagi , para pelayat sudah menshalati jenazah almarhum secara bergelombang di komplek pesantren Darul Falah setempat. Sekretaris MWCNU Kecamatan Jekulo H Zusni Anwar mengatakan, KH Ahmad Basyir merupakan sosok ulama kharismatik yang memiliki ribuan santri. Ulama yang sering disapa Mbah Basyir ini juga dikenal sebagai guru dan pemberi ijazah (mujiz) Dalailul Khairat. Banyak para santri kudus dan luar kudus yang nyantri di situ. Dan hampir semua Tokoh NU, juga Tokoh Nasional mengenal Beliau.
Salah satu pondok
pesantren besar di Kabupaten Kudus adalah pondok pesantren Darul Falah.
Pesantren salaf yang terkenal dengan Thariqah Dalail al-Khairat ini
berlokasi di Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo, Kudus. Wilayah Kecamatan
Jekulo termasuk dalam wilayah “Kudus Wetan”.
Pondok pesantren yang didirikan oleh KH Ahmad Basyir pada
tahun 1970 ini memegang teguh ajaran Dalail al-Khairat dengan ciri khas puasa
bertahun-tahun. Pondok pesantren Darul Falah memiliki motto “Njiret Weteng,
Nyengkal Mata” yang memiliki makna ''Masa muda bersusah payah, maka pada saat
tua akan menemukan kesuksesan. Sengsara itu berarti berani lapar, berani bangun
tengah malam, dalam artian untuk belajar.'' Motto kalimat ini bersumber dari
petuah Sunan Kalijogo dalam salah satu Kitab Jawa yang menyerukan para
santrinya untuk berperilaku prihatin dan bersahaja (tidak mementingkan
kenikmatan lahiriah).
Ajaran tersebut
menjadi salah satu dasar dari ajaran Dalail al-Khairat yang dikembangkan di
pesantren Darul Falah. Dalail al-Khairat adalah salah satu ijazah dengan ciri
khas puasa bertahun-tahun, yang di kalangan masyarakat awam dikenal dengan
sebutan puasa dalail. Ijazah Dalail al-Khairat ini pula yang menjadi ciri khas
Pesantren Darul Falah.
Santri-santri yang belajar di Pesantren Darul Falah ini
berasal dari berbagai daerah, yaitu: Kudus, Jepara, Demak, Kendal, Cirebon,
Jakarta, Tangerang, Banten, dan sejumlah kota di Sumatera. Pesantren Darul
Falah menerapkan metode pembelajaran perpaduan antara sistem tradisional dan
sistem modern. Penggunaan sistem tradisional, berlangsung pada proses
pengkajian kitab salaf dengan cara bandongan dan sorogan. Metode modern
diadopsi dengan adanya pengelompokan santri sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Dalam perkembangannya pada tahun 2004 untuk memudahkan
pengelolaan, kepengurusan pondok pesantren dipecah menjadi empat, yakni Darul
Falah I, II, III, dan IV. Darul Falah I dan II diperuntukan bagi santri putra,
sedangkan Darul Falah III dan IV untuk santri putri. Kegiatan belajar para
santri terdiri atas kegiatan harian, mingguan, dan selapanan atau bulanan.
Kegiatan harian meliputi program tahfidh Alquran untuk santri putri, jamaah
shalat, tadarus, kajian kitab, sekolah pagi, musyawarah wajib, musyafahah Alquran,
takhashshush An-Nasyri dan diakhiri qiyam al-lail.
Salah satu jargon yang sangat Terkenal dari KH. Basyir (Mbah
Kung) adalah petuah beliau yakni “dadi santri iku kudu sabar,
ngalah, nrimo, loman”. Bagi para santri jargon tersebut memiliki nilai
filosofis yang sangat dalam mengingat tirakat dan riyadhah yang sehari-harinya
mereka alami di ponpes Darul Falah ini.
Demikian biografi singkat mbah Basyir kudus, semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar