SELAMAT DATANG PARA SAHABAT BLOGGER DI BLOG SEDERHANA KAMI "MP" DAARUTTHOLABAH79.BLOGSPOT.COM.BLOG DARI SEORANG WNI YANG BERHARAP ADA PEMIMPIN DI NEGERI INI,BAIK SIPIL/MILITER YANG BERANI MENGEMBALIKAN PANCASILA DAN UUD 1945 YANG MURNI DAN KONSEKUEN TANPA EMBEL-EMBEL AMANDEMEN SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP RAKYAT INDONESIA...BHINNEKA TUNGGAL IKA JADI KESEPAKATAN BERBANGSA DAN BERNEGARA,TOLERANSI DAN KESEDIAAN BERKORBAN JADI CIRINYA...AMIIN

Kamis, 14 April 2016

KETIKA ROMO KATHOLIK MENCIUM TANGAN GUS MUS

Ketika Romo Katolik Mencium Tangan Gus Mus
Foto dibagikan penyair Nuh Timur Suprabana di akun Facebook miliknya
Jakarta, NU OnlinePada Agustus 2015 beredar di dunia maya foto Romo Aloysius Budi Purnomo tengah memeluk dan mencium tangan KH A Mustofa Bisri (Gus Mus). Foto tersebut sempat membuat heboh. Sebagian orang mengapresiasi, sebagian lain berprasangka miring.

Romo Budi Purnomo yang merupakan Ketua Hubungan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang menceritakan, peristiwa itu terjadi saat ia dan Gus Mus sama-sama diundang menjadi narasumber tentang kebangsaan di Auditorium RRI Semarang. Ia mengaku perilakunya tersebut adalah hal yang positif.

“Gus Mus itu sudah seperti simbah saya. Bukan hanya sahabat, beliau juga idola saya waktu saya masih SMA. Karya-karya puisinya, karya-karya sastranya menginspirasi saya bersama karya-karya Romo Mangunwijaya,” katanya dalam acara Mata Najwa yang disiarkan Metro TV, Rabu (14/4) malam.

Romo Budi Purnomo diminta menceritakan kembali aksi cium tangan itu dan kehebohan yang ditimbulkannya. Menurutnya, tak semestinya hal tersebut dipersepsi negatif karena justru itu merupakan simbol kerukunan dan persahabatan sejati. Dan, mencium tangan Gus Mus pun tidak ia lakukan hanya sekali. Sang romo melakukan hal serupa saat bertemu dengan tokoh NU itu di Rembang tahun 2004.

“Setiap kali berjumpa dengan Gus Mus, sebagai yang lebih muda, saya selalu mencium tangan beliau, tapi beliau selalu tidak kerso (bersedia), ditarik (tanganya). Entah mengapa. Tapi begitulah kebiasaan saya berjumpa dengan yang saya hromati. Saya tidak hanya mencium pipi kanan pipi kiri tapi juga cium tangan beliau,” kisahnya.

Bagi rohaniawan Katolik ini, ada dua kehebohan saat peristiwa peluk-cium antara romo dan kiai. Yang pertama heboh positif dan yang kedua heboh negatif. Lantas bagaimana bila ada sebagian orang yang mengambil sikap yang kedua?

“Lho, apa masalahnya? Mengapa harus heboh negatif? Lebih baik heboh positif karena itu menjadi berkat banyak orang,” tuturnya.

Dalam acara Mata Najwa bertajuk “Panggung Gus Mus” itu, Romo Budi Purnomo dan Gus Mus berduet dalam musikalisasi puisi berjudul “Sajak Atas Nama”. Malam itu Gus Mus juga membacakan puisi berjudul “Bila Kutitipkan” dan “Puisi Islam”. (Mahbib)

TAREKAT SYADZILIYAH


Nama kecil Syekh Abul Hasan Asy Syadzili adalah Ali , gelarnya adalah Taqiyuddin, Julukannya adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah Asy Syadzili. al-Syadzili lahir di sebuah desa yang bernama Ghumarah, dekat kota Sabtah pada tahun 593 H(1197 M). menghapal al-Quran dan pergi ke Tunis ketika usianya masih sangat muda. Ia tinggal di desa Syadzilah. Oleh karena itu, namanya dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun ia tidak berasal dari desa tersebut.
Intisari tarekat
Secara pribadi Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, doa, dan hizib. Ibn Atha'illah as- Sukandari adalah orang yang prtama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn Atha'illah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya.
Melalui sirkulasi karya-karya Ibn Atha'illah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
Sebagai ajaran Tareqat ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-Syadzili kepada murid-muridnya: "Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali". Perkataan yang lainnya: "Kitab Ihya' Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki, mewarisi anda cahaya." Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi 'Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atah'illah.

Silsilah

Sanad dan Silsilah Tariqah

  • As-Syaikh As-Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili ra drp
  • As-Syaikh Abdus Salam b Mashish ra drp
  • As-Syaikh Muhammad bin Harazim ra drp
  • As-Syaikh Muhammad Salih ra drp
  • As-Syaikh Shuaib Abu Madyan ra drp
  • As-Syaikh As-Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani ra drp
  • As-Syaikh Abu Said Al-Mubarak ra drp
  • As-Syaikh Abul Hasan Al-Hukkari ra drp
  • As-Syaikh At-Tartusi ra drp
  • As-Syaikh Asy-Shibli ra drp
  • As-Syaikh Sari As-Saqati ra drp
  • As-Syaikh Ma'ruf Al-Kharkhi ra drp
  • As-Syaikh Daud At-Tai ra drp
  • As-Syaikh Habib Al-Ajami ra drp
  • Imam Hasan Al-Basri ra drp
  • Sayyidina Ali bin Abu Talib ra drp
  • Sayyidina Muhammad saw

Sanad Nasab Abil Hasan Asy-Syadzili

  • As-Sayyid Asy-Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzili bin
  • Ali bin
  • Abdullah bin
  • Tamim bin
  • Hurmuz bin
  • Hatim bin
  • Qusay bin
  • Yusuf bin
  • Yusya bin
  • Ward bin
  • Bathaal bin
  • Ali bin
  • Ahmad bin
  • Muhammad bin
  • Isa bin
  • Muhammad bin
  • Abi Muhammad bin
  • Imam Hasan bin
  • Sayyidna Ali ra dan Sayyidatina Fathimah binti
  • Rasulullah Sayyidina Muhammad saw.

Wejangan Dasar

  1. Tauhid dengan sebenar-benarnya tauhid yang tidak musrik kepada Alloh ta'ala
  1. Ketaqwaan terhadap Allah swt lahir dan batin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap wara' dan Istiqamah dalam menjalankan perintah Allah swt.
  1. Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalau bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur.
  1. Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah swt (Tawakkal).
  1. Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan menerima apa adanya (qana'ah/ tidak rakus) dan menyerah.
  1. Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah.
Kelima sendi tersebut juga tegak diatas lima sendi berikut:
Semangat yang tinggi, yang mengangkat seorang hamba kepada derajat yang tinggi.
Berhati-hati dengan yang haram, yang membuatnya dapat meraih penjagaan Allah atas kehormatannya.
Berlaku benar/baik dalam berkhidmat sebagai hamba, yang memastikannya kepada pencapaian tujuan kebesaran-Nya/kemuliaan-Nya.
Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan hidupnya.
Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat, yang membuatnya selalu meraih tambahan nikmat yang lebih besar.
Selain itu tidak peduli sesuatu yang bakal terjadi (merenungkan segala kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang) merupakan salah satu pandangan tareqat ini, yang kemudian diperdalam dan diperkokoh oleh Ibn Atha'illah menjadi doktrin utamanya. Karena menurutnya, jelas hal ini merupakan hak prerogratif Allah. Apa yang harus dilakukan manusia adalah hendaknya ia menunaikan tugas dan kewajibannya yang bisa dilakukan pada masa sekarang dan hendaknya manusia tidak tersibukkan oleh masa depan yang akan menghalanginya untuk berbuat positif.

Perkembangan Tarekat

Sementara itu tokohnya yang terkenal pada abad ke delapan Hijriyah, Ibn Abbad ar-Rundi (w. 790 H), salah seorang pensyarah kitab al-Hikam memberikan kesimpulan dari ajaran Syadziliyah: Seluruh kegiatan dan tindakan kita haruslah berupa pikiran tentang kemurahan hati Allah kepada kita dan berpendirian bahwa kekuasaan dan kekuatan kita adalah nihil, dan mengikatkan diri kita kepada Allah dengan suatu kebutuhan yang mendalam akan-Nya, dan memohon kepada-Nya agar memberi syukur kepada kita."
Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang mutlak dalam tareqat, secara umum pada pola dzikir tareqat ini biasanya bermula dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat lingkaran atau diujung barisan. Khusus mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam tareqat ini, kebijakjsanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk mengajari dan menuntun murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi sipemakai maupun terhadap orang-orang disekelilingnya. Beberapa contoh penggunaan Asma Allah diberikan oleh Ibn Atha'ilah berikut: "Asma al-Latif," Yang Halus harus digunakan oleh seorang sufi dalam penyendirian bila seseorang berusaha mempertahankan keadaan spiritualnya; Al-Wadud, Kekasih yang Dicintai membuat sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus dalam kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma al-Faiq, "Yang Mengalahkan" sebaiknya jangan dipakai oleh para pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif yang telah mencapai tingkatan yang tinggi.

Demografik Para Pengikut

Tareqat Syadziliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat, dan pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan yang tidak begitu membebani pengikutnya dengan ritual-ritual yang memberatkan seperti yang terdapat dalam tareqat-tareqat yang lainnya. Setiap anggota tareqat ini wajib mewujudkan semangat tareqat didalam kehidupan dan lingkungannya sendiri, dan mereka tidak diperbolehkan mengemis atau mendukung kemiskinan. Oleh karenanya, ciri khas yang kemudian menonjol dari anggota tareqat ini adalah kerapian mereka dalam berpakaian. Kekhasan lainnya yang menonjol dari tareqat ini adalah "ketenagan" yang terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya, misalnya: asy-Syadzili, Ibn Atha'illah, Abbad. A Schimmel menyebutkan bahwa hal ini dapat dimengerti bila dilihat dari sumber yang diacu oleh para anggota tareqat ini. Kitab ar-Ri'ayah karya al-Muhasibi. Kitab ini berisi tentang telaah psikologis mendalam mengenai Islam di masa awal. Acuan lainnya adalah Qut al-Qulub karya al-Makki dan Ihya Ulumuddin karya al-Ghozali. Ciri "ketenangan" ini tentu sja tidak menarik bagi kalangan muda dan kaum penyair yang membutuhkan cara-cara yang lebih menggugah untuk berjalan di atas Jalan Yang Benar.
Disamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-Qusyairy serta Khatamul Auliya'nya, Hakim at-Tirmidzi. Ciri khas lain yang dimiliki oleh para pengikut tareqat ini adalah keyakinan mereka bahwa seorang Syadzilliyah pasti ditakdirkan menjadi anggota tareqat ini sudah sejak di alam Azali dan mereka percaya bahwa Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi pengikut tareqat ini.
Tidak berbeda dengan tradisi di Timur Tengah, Martin menyebutkan bahwa pengamalan tareqat ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih bersifat individual, dan pengikutnya relatif jarang, kalau memang pernah, bertemu dengan yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan para anggotanya hanya membaca secara individual rangaian-rangkaian doa yang panjang (hizb), dan diyakini mempunyai kegunaan-kegunaan megis. Para pengamal tareqat ini mempelajari berbagai hizib, paling tidak idealnya, melalui pengajaran (talkin) yang diberikan oleh seorang guru yang berwewenang dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru tersebut, walaupun sama sekali hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang anggota dari sebuah tareqat.

Amalan-Amalan

Hizb al-Bahr, Hizb Nashor, Hizb Barr disamping Hizib al-Hafidzah, merupaka Hizib-Hizib yang terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan untuk melindungi selama dalam perjalanan dan bermanfaat dalam meningkatkan kadar ibadah kepada Alloh ta'ala.
Sebagai contoh, Ibnu Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama perjalanan-perjalanan panjangnya, dan berhasil. Di Indonesia, dimana doa ini diamalkan secara luas, secara umum dipercaya doa ini baik dan tidak bertentangan dengan Sunatulloh dan Sunnatur Rosul. Untuk pengamalan hizb ini sebaiknya dalam bimbingan guru yang mengamalkannya.
Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, di Indonesia, juga dipergunakan oleh anggota tareqat lain untuk memohon perlindungan tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah, seperti debus di Pandegelang, yang dikaitkan dengan tareqat Rifa'iyah, dan di Banten utara yang dihubungkan dengan tareqat Qadiriyah. Akan tetapi yang utama adalah Hizb tersebut dipergunakan untuk meningkatkan kadar ibadah yang sebenarnya kepada Alloh ta'ala.
Para ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah doa yang sederhana, ia bukan hanya merupakan mantra magis Nama-nama Allah Yang Agung (IsmAllah A'zhim) dan,apabila dilantunkan secara benar, akan mengalirkan berkah dan menjamin respon supranatural dan yang terpenting adalah mendapatkan Ridho Alloh ta'ala semata. Menyangkut pemakaian hizib, wirid, dana doa, para syekh tareqat biasanya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-hizib (Azhab), dan wirid-wirid dalam tareqat dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan personalnya. Akan tetapi mereka tidak menyetujui murid-murid mereka mengamalkannya tanpa berlandaskan Al Qur'an dan tuntunan Rosululloh SAW, sebab murid tersebut sedang mengikuti suatu pelatihan dari sang guru untuk dapat beribadah kepada Alloh ta'ala dengan benar.
Yang menarik dari filosufi Tasawuf Asy-Syadzily, justru kandungan makna hakiki dari Hizib-hizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran utama dari Tasawuf atau Tharekat Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga mengandung doktrin tingkah laku islami, pemahaman, adab hati, penyaksian, pembuktian yang sangat dahsyat.

Pengaruh dan Cabang-Cabang Tarekat Syadziliyyah

Tareqat ini mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang tareqat ini terdapat di Afrika Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania Tengah, Sri langka, Indonesia dan beberapa tempat yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Utara. Di Mesir yang merupakan awal mula penyebaran tareqat ini, tareqat ini mempunyai beberapa cabang, yakitu: al-Qasimiyyah, al- madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah, al-handusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-Jauhariyyah, al-Wafaiyyah, al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan al- Hasyimiyyah.

wassalam

DALAILUL KHAIRAT

Mengenal kitab Dalail Khairat


Dalail Khairat merupakan kitab yang berisi tentang shalawat kepada Nabi, kitab kecil atau yang lebih akrab disebut ‘kutaib’ tersebut merupakan karya ulama Maroko. Negara yang berada dikawasan Afrika Utara ini memang masyhur akan ulamanya, terlebih dikalangan pondok pesantren yang sebagian besar telah menelaah dan sering membaca shalawat Nabi terlebih kitab Dalail Khairat. Adapun kitab “Nailul Masarat fi Tashih Dalail Khairat”
yang ingin penulis sampaikan adalah kitab tersebut telah ditashih (pembetulan) oleh KH. Ahmad Basyir. Pada halaman 5, Beliau mengatakan karena saking banyaknya cetakan, terdapat banyak kekeliruan yang akibatnya merubah makna. Untuk itulah niat Beliau meluruskan pemahaman dengan meminta pertolongan Allah SWT. Adapun sanad Beliau adalah sebagai berikut: 


KH. Ahmad Basyir Jekulo Kudus, dari
Syeh Yasin Jekulo Kudus dan Syeh Muhammadun Pondohan, dari
Syekh Muhammad Amir bin Idris Pekalongan, dari
Syekh Muhammad Mahfudz Makah,,, sampai
Syekh Sulaiman Al-Jazuli Marakech Maroko

KH AHMAD BASYIR KUDUS

Ulama Kharismatik Kudus, KH Ahmad Basyir (Mbah Basyir) Wafat

Innalillahi wainna ilaihi raajiuun, ulama kharismatik yang juga Pengasuh Pesantren Darul Falah Jekulo, Kudus , Jawa Tengah, KH Ahmad Basyir wafat Selasa (18/3), pukul 00.10 WIB di Rumah Sakit Islam Kudus.
Menurut rencana, jenazah Mustasyar PCNU Kudus tersebut akan dimakamkan Selasa hari ini pukul 14.00 di pemakaman umum Dusun Kauman, Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo.
ribuan pelayat sudah memenuhi kediaman almarhum di Dukuh Mbareng, Jekulo Kudus. Bahkan sejak Selasa pagi , para pelayat sudah menshalati jenazah almarhum secara bergelombang di komplek pesantren Darul Falah setempat.
Sekretaris MWCNU Kecamatan Jekulo H Zusni Anwar mengatakan, KH Ahmad Basyir merupakan sosok ulama kharismatik yang memiliki ribuan santri. Ulama yang sering disapa Mbah Basyir ini juga dikenal sebagai guru dan pemberi ijazah (mujiz) Dalailul Khairat.
Banyak para santri kudus dan luar kudus yang nyantri di situ. 
Hampir semua Tokoh NU, juga Tokoh Nasional mengenal Beliau.
Berikut Biografi KH Ahmad Basyir (Mbah Basyir) Pengasuh pondok pesantren Darul Falah,Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo, Kudus

 

Salah satu pondok pesantren besar di Kabupaten Kudus adalah pondok pesantren Darul Falah. Pesantren salaf yang terkenal dengan Thariqah Dalail al-Khairat ini berlokasi di  Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo, Kudus. Wilayah Kecamatan Jekulo termasuk dalam wilayah “Kudus Wetan”. Pondok pesantren yang didirikan oleh KH Ahmad Basyir pada tahun 1970 ini memegang teguh ajaran Dalail al-Khairat dengan ciri khas puasa bertahun-tahun. Pondok pesantren Darul Falah memiliki motto “Njiret Weteng, Nyengkal Mata” yang memiliki makna ''Masa muda bersusah payah, maka pada saat tua akan menemukan kesuksesan. Sengsara itu berati berani lapar, berani bangun tengah malam, dalam artian untuk belajar.'' Motto kalimat ini bersumber dari petuah Sunan Kalijogo dalam salah satu Kitab Jawa yang menyerukan para santrinya untuk berperilaku prihatin dan bersahaja (tidak mementingkan kenikmatan lahiriah). Ajaran tersebut menjadi salah satu dasar dari ajaran Dalail al-Khairat yang dikembangkan di pesantren Darul Falah. Dalail al-Khairat adalah salah satu ijazah dengan ciri khas puasa bertahun-tahun, yang di kalangan masyarakat awam dikenal dengan sebutan puasa dalail. Ijazah Dalail al-Khairat ini pula yang menjadi ciri khas Pesantren Darul Falah.Santri-santri yang belajar di Pesantren Darul Falah ini berasal dari berbagai daerah, yaitu: Kudus, Jepara, Demak, Kendal, Cirebon, Jakarta, Tangerang, Banten, dan sejumlah kota di Sumatera. Pesantren Darul Falah menerapkan metode pembelajaran perpaduan antara sistem tradisional dan sistem modern. Penggunaan sistem tradisional, berlangsung pada proses pengkajian kitab salaf dengan cara bandongan dan sorogan. Metode modern diadopsi dengan adanya pengelompokan santri sesuai dengan tingkat kemampuannya.Dalam perkembangannya pada tahun 2004 untuk memudahkan pengelolaan, kepengurusan pondok pesantren dipecah menjadi empat, yakni Darul Falah I, II, III, dan IV. Darul Falah I dan II diperuntukan bagi santri putra, sedangkan Darul Falah III dan IV untuk santri putri. Kegiatan belajar para santri terdiri atas kegiatan harian, mingguan, dan selapanan atau bulanan. Kegiatan harian meliputi program tahfidh Alquran untuk santri putri, jamaah shalat, tadarus, kajian kitab sekolah pagi, musyawarah wajib, musyafahah Alquran, takhashshush An-Nasyri dan diakhiri qiyam al-lail.Salah satu jargon yang sangat Terkenal dari KH. Basyir (Mbah Kung) adalah petuah beliau yakni “dadi santri iku kudu sabar, ngalah, nrimo, loman”. Bagi para santri jargon tersebut memiliki nilai filosofis yang sangat dalam mengingat tirakat dan riyadhah yang sehari-harinya mereka alami di ponpes Darul Falah ini.

WASIAT KH ZAMROZI KPD KH JAUHARI UMAR

Ingat gus..! jangan mendirikan pondok Pesantren/Majlis Ta'lim dari tanah waqof karena sering terjadi permasalahan dengan orang yang mewaqofkan.hal ini terjadi adakalanya karena ternyata orang mewaqofkan tidak seratus persen ikhlas jadi kalo bisa mendirikan pondok lebih baik dari tanah hibah atau tanahnya sendiri.
Ada seorang kiyai yang bernama kiyai Jauhari dari pasuruan dia sering pindah pindah mendirikan pondok,kiyai Jauhari sering diberi tanah waqof yang digunakan untuk pondok pesantren tapi dikemudian hari banyak terjadi masalah dengan orang yang mewaqofkan dan ahli warisnya kemudian dia meninggalkan pondok tersebut karena masalah seperti itu kiyai Jauhari sering pindah-pindah mendirikan pondok, suatu saat dia diberi waqof di Kediri di boto putih dan dia membangun pondok disana pada suatu saat dia bekunjung kerumah romo kiyai kemudian romo kiyai ditanya endi omahmu endi pondokmu dijawab romo kiyai “isih ora duwe” kiyai Jauhari berkata: dungomu ora mandi iki, dungoho maneh, suatu saat kiayi Jauhari berkunjung lagi dan romo kyai ditawari tanah waqof untuk digunakan untuk pondok tapi romo kiyai tidak mau menerimanya karena romo kiyai pernah diberi pesan oleh kiyai zamrozi agar tidak mendirikan pondok pesantren diatas tanah waqof, suatu saat kiyai Jauhari datang lagi dan berkata: bener opo jaremu ngedekno pondok ing ndukure tanah waqof iku akeh masalahe, kemudian kiyai jauhari meninggalkan pondok beserta tanah waqofnya, kemudian kiyai Jauhari mendirikan pondok dari tanah hibah di daerah pasuruan (Pondok Darussalam) Kiyai Jauhari ora kerjo tapi terkenal sugih bondo dunyo dan istrinya cantik. ternyata wiridannya Manaqib Syekh Abdul Qodir Al Jailani dan Sholawat Bahriyatul Kubro.
Apabila kamu menjadi pelayan agama, dunia pasti akan melayanimu. Apabila kamu melayani dunia maka dunia akan menjauhimu dan akan menyusahkanmu ingatlah itu!!
Agar percaya diri mengadapi orang yang alim kita harus tanamkan pada diri kita bahwa orang yang yang alim sebelumnya juga belum alim, dia bisa alim seperti sekarang dikarenakan dia bersungguh dalam mencari ilmu mangkane seng temen kang.
Prinsipnya romo kiyai itu seperti bekicot, selagi bekicot itu masih hidup dan masih bisa makan pasti cangkanya juga ikut membesar dengan sendirinya, maksudnya bagian dalam kita tata terlebih dahulu yaitu hati maka dhohir (badan) juga akan ikut berimbang dengan sendirinya, kalau mendirikan pondok atau tempat ngaji yang penting dapat terus berjalan dan selalu ada kegiatan jangan sampai mati. maka masalah tempat akan berkembang dengan sendirinya.
Kelemahan orang alim yang miskin :
1. Agamanya akan kalah dengan orang kafir
2. Akan jadi hinaan orang
3. Sifat beraninya akan menurun
Romo kiyai pada waktu akan nikah tidak punya apa apa, bahkan pakaian yang digunakann untuk nikah saja belum punya, ibunya itu seorang penjual onde onde dan bapaknya seorang pemanjat kelapa, bagaimana sekarang caranya agar bisa menjadi seorang yang kaya? Dengan cara melayani agamanya Allah dan juga berusaha dengan sungguh sungguh.
Menjauhi perbuatan yang harom itu lebih baik dari pada ibadah sunnah. Sifat males itu menjadikan orang tersesat menjadi rugi karena waktunya akan hilang terbuang sia sia, jadi pemuda harus mempeng ibadah dan bekerja, supaya menjadi sukses.
Yang dikatakan orang yang kaya adalah orang yang besyukur dan menerima pembagian dari Allah, orang yang miskin adalah orang yang tidak bersyukur dan tidak menerima pembagian dari Allah (selalu merasa kurang terus menerus). Mempunyai ilmu banyak tapi yang diamalkan Cuma sedikit maka sedikit itulah yang akan dia dapatkan.
Syaithon itu menanamkan pada diri manusia sifat takut untuk miskin supaya manusia belomba lomba untuk mencari dunia dan melupaka untuk beribadah kepada Allah.
Jangan terlalu memikirkan nasib kita yang akan datang karena belum tentu besok kita akan masih hidup jadi sekarang beramal lah yang sebanyak-banyaknya
Do’a itu pasti dikabulkan kalau tidak diberikan pada dirinya mungkin akan diberikan pada anak turunnya atau mungkin diberikan pada tetangganya, jadi jangan pernah untuk lelah berdo’a kepada Allah karena suatu saat pasti akan dikabulkan oleh Allah.
Walaupun punya banyak harta tidak akan cukup untuk membahagiakan semua orang karena harta akan terus bekurang ketika diambil, tapi dengan akhlak yang bagus kita bisa membahagiakan semua orang karena akhlak tidak akan bisa habis walaupun digunakan terus menerus bahkan akan menjadi lebih baik.
Ujian atau cobaan itu ada dua macam:
1. Ujian yang ni’mat, seperti jatuh cinta
2. Ujian yang tidak enak seperti sakit
Tapi biasanya orang tidak kuat ketika dihadapkan pada ujian yang ni’mat
Barang siapa yang banyak tertawa maka wibawanya akan berkurang
Harganya manusia itu tergantung dari ilmunya, pengalamanya dan usahanya.
Jadilah orang yang alim terlebih dahulu kemudian menata hati untuk menjadi manusia yang sempurna.
Jadilah orang yang alim terlebih dahulu baru mencari ilmu perdukunan karena orang yang mempelajari ilmu seperti itu biasanya mempunyai rasa sombong dan merasa yang paling kuat sendiri.
Perbuatan apa yang sering dia kerjakan akan membuat dia menjadi terkenal dengan perbuatanya itu sendiri. Semuanya bisa dirubah asalkan punya keinginan yang kuat untuk merubahnya.
Seorang santri atau orang yang alim itu harus mempunyai sifat suja’(pemberani), orang alim tapi tidak punya sifat pemberani ilmunya akan berkurang (menyusut), orang yang tidak begitu alim tapi mempunyai sifat pemberani akan berkembang (molor) seperti contoh orang yang berpidato orangnya alim dan sudah mempersiapkan segala sesuatunya karena tidak mempunyai sifat yang berani ketika tampil didepan semua yang dipersiapkan hilang, sebaliknya orang yang tidak begitu alim tapi mempunyai sifat yang berani dia bisa mengembangkan materinya menjadi lebih menarik dan lebih panjang.
Rizki itu ibarat ikan: Rizki itu sudah dijamin oleh allah, setiap orang itu pasti mempunyai rizki (rizki itu sudah ada dan sudah ditetapkan oleh allah), begitu juga dengan ikan sudah ada dalam laut, agar kita bisa mengambil rizki tersebut kita harus usaha lahir dan batin, usaha lahir dengan bekerja dan usaha batin dengan berdo’a, sama dengan ikan dilaut sudah ada tapi kita harus berusaha supaya bisa mendapatkanya, bersabar serta dengan berdoa’ itu ibarat pancingnya, untuk itu diperlukan umpannya yaitu dengan shodaqoh semakin besar umpan yang dipasang semkin besar ikan yang akan diperoleh.
Sebagian dari sikap wira’I romo kiyai sudah terlihat mulai dari kecil ketik dia berumur 10 tahun waktu masih sekolah SR di dalam sekolah dia selalu memakai kopeyah karena waktu ngaji dia pernah diberi tahu gurunya kalau kopeyah itu dilepaskan maka derajatnya akan turun dan termasuk orang yang fasiq.
Ngaji itu harus sabar karena dengan ngaji manusia dapat memperoleh kebahagian dunia dan akhirat pancen susah banget.
Yang dicari dari wanita adalah dan din dun, dan adalah badan, din adalah agama, dun adalah dunia.
“Sesungguhnya ilmu hikmah (ilmu yang dilakukan) itu akan menambah kemulyaan orang tersebut” seperti contoh orang yang mau zakat. Wiridan itu ibarat menanam pohon, membutuhkan proses yang cukup lama, semakin lama akan semakin besar dan semakin tinggi sehingga semakin besar pula terpaan angin terhadap pohon tersebut, wiridan itu semakin lama semakin besar cobaannya dan ujiannya, ketika mampu untuk melewati ujian tersebut pohon akan dapat berbuah dan kita bisa meni’matinya begitu juga dengan wiridan kalau kita sudah bisa melewati berbagai ujian kita akan mendapat kan buah dari wiridan tersebut.
Kalau ingin merasakan yang namanya ni’mat harus merasakan yang namanya susah terlebih dahulu, karena tidak ada kebahagiaan yang tidak ditempuh dengan kesusahan.
Di pondok itu ibaratnya berada dipenjara suci. Ulat itu menjijikkan dan makannya adalah dedaunan, tapi ketika menjadi kupu kupu semua orang menyukainya dan makanannya adalah sari bunga. Orang yang mempunyai ilmu itu tidak selalu kaya, walaupun dia seorang sarjana, atau orang yang alim belum tentu menjadi orang yang kaya, karena ilmu tidak ada hubunganya dengan dunia.
Anak yang masih kecil jangan dibiasakan makan makanan yang enak enak dan fasilitas yang berlebihan karena kalau sudah terbiasa dengan fasilitas yang mewah ketika diberi sesuatu yang tidak enak pasti dia tidak mau (tidak bersyukur).
Wiridan itu mendo’akan do’a, allah itu lebih tahu akan kebutuhan hambanya.
Rahasia dari wiridan itu sangat besar hanya dapat diperoleh dengan jalan istiqomah.
Kita harus bisa membagi waktu untuk wiridan, belajar dan berhubungan dengan manusia.
Didunia belum tentu ni’mat Apalagi berada di akhirat
Didunia sengsara Jangan sampai akhirat juga sengsara
Kunci sukses adalah dengan melihat kekurangan yang terdapat pada diri kita sendiri kemudian memperbaiki kekurangan kekurangan tersebut.
Semua kejadian sandarkanlah kepada allah maka hati kita akan merasa tenang dan tentram
Didekek tulangan nerimo * Didekek kenongo nerimo
Digawe melarat nerimo * Digawe sugih pangga nerimo
Iku ngono atine rojo * Ora ono susah lan sengsoro
Nang dunya during mesti enak * Opo mane h nang akhirot
Kalau ingin berhasil melakukan sesuatu:
1. Istiqomah
2. Hidmah
3. Sholat jamaah
Khidmah itu ibaratnya seperti umpan dalam memancing, digunakan untuk memancing supaya mendapatkan ilmu.
Orang yang sombong itu ibaratnya seperti katak yang berada dalam tempurung
Faqir tapi bersabar itu lebih berat dari pada kaya tapi bersyukur karena itu lebih baik faqir yang bersyukur dibanding kaya bersyukur.
Menjadi manusia itu harus selalu menerima terhadap apa yang diberikan dan ambillah hikmah yang terdapat dalam peristiwa tersebut pasti itu yang terbaik untukmu.
Orang yang sukses itu biasanya orang yang tidak begitu pintar tapi utun dan telaten, biasanya orang yang pintar itu punya sifat sombong yang berlawanan dengan sifatnya ilmu yaitu bertempat pada orang yang rendah diri.
Ilmu supaya manfaat itu harus mempunyai sifat takut pada allah (taqwa dan wira’i)
Orang kaya yang tidak kuat dengan kekayaannya orang yang diberi kekayaan tapi digunakan untuk ma’siat pada Allah.
Manusia akan terus dan selalu merasa kurang apabila dia melihat pada orang yang diatasnya padahal dia sudah diberi nikmat oleh allah sangat banyak sekali.
Romo kiyai itu satu bulan makannya: 4 kg beras, 3 btir kelapa, cabe satu gegam.
Sabar yang bagus adalah sabar yang tidak dicerita ceritakan.

“Wahai dunia Aku (Allah) akan melayani orang yang melayani Aku”
Masa tua itu ditentukaan olehh masa muda setiap apa yang kita kerjakan sekarang akan menentukan masa yang akan datang (masa muda itu masa bakti untuk masa tua),
Yang paling baik dicari oleh seorang pemuda adalah ilmu yang sebanyak banyaknya.
Kalau mempunyai ilmu yang banyak menjadi kaya itu mudah, kalau sekarang bermalas malasan besok kita akan menyesal.
Romo kiyai itu ngaji tasrif sampai 4 kali mulai dari umur 10 tahun, pertama kalinya Cuma menghafal dan ngelalar saja, ngaji ke dua baru paham sedikit, ngaji yang ke tiga agak paham dan ngaji yang keempat baru benar benar paham, jadi ngaji itu butuh proses yang cukup lama.
Kalau ingin jadi orang yang alim harus hafal dan paham tasrif, harus terus dihafal.
Kalau ingin doa’anya diijabahi harus bicara yang jujur tidak boleh bohong.
Enaknya dirumah tergantung seberapa besar susahya dipondok.
Riyadho paling gampang adalah sholat dengan berjama’ah akan di beri mudah memahami ilmu dan diberi kaya.
Maqom kasaf mencari akhirat dan dunia, maqom tajrid hanya mencari akhirat saja, tanda tandanya yaitu ketika mencari dunia malah mengalami kerugian seperti kiyai zamrozi pernah membeli kopi dan menyimpannya untuk dijual tapi malah mengalami kerugian.
Bahsul masail atau musyawaroh itu ibaratnya seperi menangkap maling ketika sudah ditangkap maka semuanya ikut senang, ketika masalah sudah ditemukan jawabannya maka semua ikut untuk mengoreksi dan mendukungnya apabila sesuai dengan yang benar.
Pesan kiyai zamrozi pada roma kiyai:
1. Kitabmu mulai seng cilik sampek seng gede kudu ditoto (di kebeki)
2. Nek dijaluki ngji ojo nolak
Romo kiyai pertama kali baca kitab kosongan yang besar adalah kitab bajuri yang dapat kiriman dari Jakarta kemudian romo kiyai diberi kiyai zamrozi untuk membacanya hanya berbekal kamus. Karena sangat banyaknya santeri yang minta ngaji pada romo kiyai pada waktu dipondok romo kiyai sampai tidak sempat untuk mencuci bajunya sehinggah ada orang yang mencucikan bajunya, sekarang orang tersebut menjadi sangat kaya dan membelikan mobil romo kiyai. Romo kiyai ngaji kitab fathul qorib Selama kurang lebih 5 tahun karena kiyai zamrozi ngajarnya sedikit demi sedikit, sampai khatam hanya tinggal 7 santeri dan 7 santeri tersebut menjadi kiyai.
“Sebaik baiknya penolong adalah isteri yang sholeha.”
“Ilmu itu tidak dapat dibeli karena harganya sangat mahal.”
Orang yang sholeh ketika ditempatkan pada suatu tempat maka tempat tersebut akan menjadi baik. Allah akan memberikan berhasil pada cita cita seseorang tergantung dari usaha orang tersebut. Cita cita itu bisa berhasil dengan kesabaran. Banyak orang yang cita citanya tidak berhasil dikarenakan pada waktu dia mengejar cita cita tersebut dia melupakan cita citanya.
Apabila seseorang diberi nikmat oleh Allah kemudian dia sombong dan pamer terhadapa nikmat yang telah diberikan oleh Allah maka Allah akan memberi cobaan padanya dan akan mengambil nikmat itu kembali.
Orang mondok itu seperti orang yang pergi kepasar dia harus belanja apa yang dia butuhkan saja jangan sampai menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak berguna ketika pulang dia gunakan apa yang telah dia beli dipasar, ketika mondok harus mencari ilmu yang sebanyak banyaknya yang nanti sekiranya ilmu tersebut digunakan untuk dirinya sendiri dan masyarakat.
Dunia itu barang titipan dan kapan saja dapat diambil oleh pemiliknya, kalaupun tidak diambil oleh pemilknya pasti akan ditinggal.
Barang siapa orang yang tidak sabar dalam menghadapi sulitnya mencari ilmu maka selamanya dia akan bodoh, barang siapa orang yang tahan dalam menghadapi sulitnya mencari ilmu maka dia akan bahagia didunia dan akhirat.
Sabar jamil adalah sabar yang tidak diceritakan pada orang lain.
Ketika sakit harus diterima karena semua itu merupakan pemberian dari Allah, Allah menurunkan penyakit karena membagi rizkinya pada semua maklhuk, ketika ada orang yang sakit otomatis orang yang jualan obat akan laku.
“Manusia itu ibarat tanah yang menmprl pada rida cikar terkadang berada dibawah dan terkadang berada diatas.”
Perbanyaklah berangan-angan terhadap makluk cipataan Allah sungguh menakjukan sekali.
Romo kiyai itu memberikan ijazah itu ibaratnya memberikan sebuah tunas atau biji terserah pada kita mau kita apakan biji tersebut, kita harus menanam dan merawatnya supaya dapat tumbuh besar sehingga pada akhirnya nanti kita juga yang akan menuai hasilnya.
Maqom fanaa’ kemudian maqom sabar selanjutnya maqom istiqomah
Orang mondok itu ibaratnya seperti bunga yang mekar tapi tidak semua bunga akan menjadi buah banyak sekali bunga yang gugur karena tidak kuat oleh terpaan angin dan badai, hanya beberapa bunga saja yang berhasil menjadi buah.
Belajar itu ibaratnya seperti pergi kesuatu daerah ketika baru pertama kali mungkin kita belum hafal dengan jalan dan keadaan daerah disana tapi ketika sudah bekali kali kita lewati dan kita lihat pasti kita hafal dan ingat jalan tersebut.
Manusia itu seperi layang layang apabila manusia itu baik maka akan diperebutkan banyak orang, jodoh itu juga ibaratnya seperi layang layang apabila pada saatnya dia juga akan jatuh pada pangkuan orang yang sudah ditakdirkan menjadi pendampingnya.
Yakinlah akan janji alqur’an dan hadits karena itu pasti benar.
Nek ora gelem berbah ket sesuk bakal pancet koyo ngono.
Orang yang merasa sakit hati apabila di ingatkan atau merasa tersinggung ketika ditegur maka memang benar dia melakukan kesalahan apabila tidak melakuan kesalahan maka dia tidak akan merasa tersinggung, seperti orang yang disiram dengan menggunakan air garam maka ketika di tubuhnya ada luka dia akan merasakan perih apabila tidak ada luka maka dia tidak akan merasakan luka.
Melakukan apapun pekerjaan hendaknya di niati untuk mencari ridhonya Allah.
Lebih baik melakukan satu wiridan secara istiqomah (terus menerus), dari pada melakukan banyak wiridan tapi tidak istiqomah, ibaratnya seperti menanam pohon, satu pohon kemudian dirawat dengan baik dari pada menanam banyak pohon tapi tidak dirawat, yang mungkin akan mati semua.
Hasil (bekas) dari wiridan itu sedikit demi sedikit, seperti kotoran yang terdapat pada buku, adanya kotoran karena seringnya dibuka.
Ketika melakukan banyak wiridan kemudian ditanya, yang mana dari wiridan tersebut yang memberikan manfa’at (atsar),pasti orang tersebut tidak bisa menjawabnya karena wiridan yang banyak itu ibaratnya seperti air yang berada dilaut atau sungai yang besar yang mana berasal dari sungai yang kecil-kecil kemudian berkumpul menjadi sungai yang besar, ketika sudah ada dilaut atau berkumpul menjadi sungai yang besar, maka air yang berasal dari sungai-sungai yang kecil tidak dapat dibedakan.
Orang yang jelek ketika mempunyai I’tiqod yang baik dan mau berusaha dengan kuat untuk baik pasti Allah akan memberikan jalan untuknya.
Kalau wiridan yang penting aje’(istiqomah).
Apabila menerima pujian janganlah merasa bangga karena semua itu dari Allah dan kapanpun Allah mau mengambilnya pasti itu dengan mudah bisa dia lakukan, ketika dihina janganlah terlalu bersedih, jadikanlah hinaan tersebut sebagai koreksi diri, karena hanya orang lain dan musuh kita yang tahu kelemahan kita, seharusnya kita harus berterima kasih pada orang yang mau untuk mengingatkan, menkritik dan memperhatikan kita kemudian jadikan itu semua sebagai jamu untuk kita supaya kita sehat dan tambah semangat.
Cobaan itu merupakan ujian untuk dijadikan sebagai jalan tujuan.
Apabila akan melakukan sesuatu pikirkanlah hasil dan akhirnya yang akan didapat, jangan terlalu tergesa gesa.
Pedagang yang jujur akan dikumpulkan bersama para shodiqin.
Ketika punya keinginan yang tersimpan jangan diobral terlebih dahulu, kita harus mengejarnya baru kalau sudah berhasil kita boleh berbicara.
Orang yang diberi nikmat pasti akan dijadikan orang yang hasud terhadap nikmat tersebut.
Awal kesalahan adalah hasud.
Yang terpenting punya ilmu kemudian diamalkan.
Tanahnya Allah itu sangat luas sekali.
Mencari ilmu itu harus berani jangan pikirkan biaya Allah maha kaya asalkan mau berusaha dengan sekuat tenaga pasti Allah akan memberi jalan. Kalau bisa setiap melihat sesuatu cobalah pikirkan dan ambil manfaat dan hikmahnya. Kunci untuk bisa meraih kesuksesan : yang penting tandang (terus berjalan) dan sabar
Dipondok yang terpenting bisa ikut mengamini do’anya kiyai, mau tidak mau harus ikut sholat berjama’ah.
Sebelum memberitahu orang lain cobalah lihat dirimu sendiri.
Pidato yang lkhlas jangan di bagus baguskan supaya disenangi manusia, ingatlah pada tujuannya pidato yang sebenarnya.
Orang yang ngaji ingatlah pada akhirat, jangan ingin dipuji, jangan ingin disenangi manusia, jangan ingin menarik simpati masa.
Jadilah seorang da’I yang bisa mengajak manusia dari senang dunia menuju senang akhirat, dari ma’siyat menuju tho’at, dari senang dunia menjadi seorang yang zahid.
Dalam berda’wa sebisanya masukanlah fiqh.
Semuanya dibuat Allah seperti ini pasti ada hikmah didalamnya.
Jadi anak harus bisa memberi pada orang tua.
Shohabat menjadi orang yang besar dan dekat pada Rasulullah karena dimulai dari ngodam (membantu) terlebih dahulu pada nabi, jadi kalau kepingin enak harus bekerja keras terlebih dahulu.
Kalau dipuji orang bersyukurlah, kemudian kembalikanlah itu semua pada Allah, karena hanya Allah yang patut untuk dipuji dan sesuatu dipuji itu karena Allah memberikan kelebihan pada sesuatu tersebut.
Jangan merasa besar dan agung, karena kebesaran dan keagungan hanya milik Allah semata, semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah.
Tinggalkanlah sifat rumanso (rumangso pinter, ganteng, bener).
Ketika menyampaikan pidato lihatlah pada mukhotobnya dan berilah materi yang bisa diterima mereka, anggaplah mereka semua orang awam ketika menyampaikan pidato. Tujuan orang berpidato adalah untuk memperbaiki masyarakat, lakukanlah dengan ikhlas dan jangan berharap sesuatu apapun baik barang ataupun pujian.
Cara yang paling cepat untuk menimbulkan yaqin dalam hati adalah dengan cara banyak I’tibar (berpikir pikir) tentang alam.
Riyadho yang benar yaitu riyadho yang sesuai dengan penyakitnya (apa yang menjadi kekurangan dirinya atau yang disukai syahwat) kita harus bisa menundukkannya dengan cara yang berlawanan, lihatlah para ulama’ terdahulu riyadhonya berbeda-beda karena penyakitnya juga berbeda-beda
Wallohu a'lam

DAHSYATNYA SHOLAWAT

Shalawat dan salam marilah kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw dan keluarga, sahabat-sahabat serta para pengikutnya.
Ada empat perbuatan ringan yang apabila kita lakukan, maka kita termasuk golongan orang yang tidak terpuji.
1. Seseorang yang membuang air kecil sambil berdiri, 2. Seseorang yang mengusap dahinya sebelum selesai dari shalat, 3. Seseorang yang mendengar adzan tetapi ia tidak menirukan seperti apa yang diucapkan muadzin, 4. seseorang yang apabila mendengar nama Nabi Muhammad Saw disebut, tetapi tidak membacakan shalawat atasnya.
Sabda Nabi Muhammad Saw:
أربع من الجَفَاءِ أن يبول الرجل وهو قائم، وأن يمسح جبهته قبل أن يفرغ من الصلاة، وأن يسمع النداء فلا يشهد مثل ما يشهد المؤذّن، وأن أذكر عنده فلا يصلي عليّ.
(رواه البزار والطبراني)
Artinya:
“Empat perbuatan termasuk perbuatan yang tidak terpuji, yaitu (1) bila seseorang buang air kecil sambil berdiri, (2) seseorang yang mengusap dahinya sebelum selesai dari shalat, (3). Seseorang yang mendengar adzan tetapi ia tidak menirukan seperti yang diucapkan muadzin, (4) seseorang yang apabila mendengar namaku disebut, tetapi ia tidak membacakan shalawat atasku. (HR. Bazzar dan Tabhrani)
Dalam ibadah sehari-hari, sebenarnya ada sebuah perbuatan ringan yang apabila kita lakukan mendatangkan akibat yang maha dahsyat, dan apabila kita tinggalkan maka kita termasuk golongan orang yang tidak berbalas budi.
Pada saat kita telah diberi bantuan oleh orang lain, sudahlah pasti akan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, atau mungkin mengucapkan doa untuk kebaikannya. Begitu pula dengan Rasulullah Saw yang telah mengeluarkan kita dari lembah kegelapan menuju alam terang benderang, maka sudahlah pantas bagi kita untuk selalu mengucapkan sholawat dan salam atas beliau, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan kecintaan kita atas segala jasa dan perjuangan yang tak tertandingi di alam jagad ini.
Dalam ibadah-ibadah lain, Allah Swt memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakannya, namun khusus dalam perintah membaca shalawat, Allah Swt menyebutkan bahwa Allah sendiri bershalawat atasnya, kemudian memerintahkan kepada malaikatNya, baru kemudian pada orang-orang yang beriman untuk bershalawat atasnya. Dengan hal ini semakin menunjukkan bahwasanya melakukan shalawat atas Nabi muhammad saw, tidak cuma sekedar ungkapan terima kasih, tetapi ia juga menjadi ibadah yang utama.
Bila kita ingin mengetahui bahwa shalawat termasuk ibadah yang utama, maka perhatikan dan renungkan firman Allah Swt dalam al-Quran:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).
Dari ayat tersebut kita mengetahui, Allah Swt saja sang Pencipta jagad raya dan mahkluk seluruh dunia termasuk diri kita yang kecil ini, mau bershalawat terhadap Nabi Muhammad Saw, dan juga para malaikat yang telah dijamin tak akan berbuat kesalahan turut bershalawat terhadap nabi, mengapa diri kita yang telah diselamatkan beliau masih melupakan ibadah yang teramat mulia ini. Sesungguhnya perbuatan seseorang menunjukkan pada perangai dirinya.
سيرة المرء تنبأ عن سريرته
Shalawat adalah sebuah ibadah yang tidak berbatas alam, jarak ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus alam langit yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan doa bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur menyampaikan salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad Saw.
Beliau bersabda:
ما منكم من أحدٍ سلّم علي إذا متُّ إلا جاءني جبريل فقال جبريل يا محمد هذا فلان ابن فلان يُقرئك السلام، فأقول وعليه السلام ورحمة الله وبركاته. (رواه أبو داود)
Artinya:
“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku sesudah aku mati melainkan malaikat jibril datang kepadaku seraya mengucapkan: ‘wahai Muhammad, ini Fulan bin Fulan mengucapkan salam untukmu, maka aku menjawab: “dan atasnya salam dan rahmat serta berkah dari Allah”. (HR. Abu Daud)
Lalu apa fadhilah mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw?
Ada beberapa riwayat dari hadist Rasulullah Saw, Atsar sahabat Radiallahu anhum dan pengalaman beberapa ulama yang mengisyaratkan imbalan bagi mereka yang mau bershalawat.
1). Shalawat membersihkan dosa
Sabda Nabi Saw:
صلّو عليّ فإن الصلاة علي زكاةٌ لكم واسألوا الله لي الوسيلة، قالوا وما الوسيلة يا رسول الله؟ قال: أعلى درجةٍ في  لجنة لا ينالها إلا رجلٌ واحدٌ وأنا ارجو أن يكون أنا هو.
(رواه أحمد في مسنده)
Artinya
“bacalah shalawat atasku karena sesungguhnya shalawat atasku membersihkan dosa-dosamu, dan mintalah kepada Allah untukku wasilah”. Para sahabat bertanya: “apakah wasilah itu?” beliau menjawab: “derajat yang paling tinggi di sorga yang hanya seorang saja yang akan memperolehnya dan aku berharap semoga akulah orang yang memperolehnya”.
2). Shalawat berpahala sepuluh rahmat Allah dan menghapus sepuluh kesalahan
Sabda Nabi Saw:
من صلّى علي صلاةً واحدة صلى الله عليه عشر صلوات وحطّ عنه عشر خطيآت
(رواه النسائي)
Artinya
“barangsiapa yang membaca shalawat atasku satu shalawat maka Allah akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan menghapus sepuluh kesalahannya” (HR. Nasai)
3).Dikabulkan hajat di dunia dan akhirat
Sabda beliau Saw:
من صلى علي في اليوم مائةَ مرّةٍ قضى الله له مائةَ حاجةٍ، سبعين منها في الآخرة وثلاثين في الدنيا
Artinya
“barangsiapa yang membacakan shalawat untukku pada suatu hari seratus kali, maka Allah akan memenuhi seratus hajatnya, 70 di antaranya nanti di akhirat dan 30 di dunia. (Kitab Jam’ul Jawami’, Hal: 796)
4). Terangkatnya derajat manusia
Sabda beliau Saw:
من صلى عليّ من أمتي مخلصاًَ من قَلبِه صلاةً واحدةً صلّى اللهُ عليه عشر صلواتٍ ورفع عشر درجاتٍ ومحا عنه عشر سيئاتٍ.
(رواه النسائ)
Artinya
“barangsiapa di antara umatku yang membacakan shalawat atasku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya, mengangkat sepuluh derajat kepadanya, dan menghapus sepuluh kesalahan”. (HR. Nasai)
5). Menjadikan doa cepat terkabul
Bahwasanya Umar bin Khattab Ra berkata: “Saya mendengar bahwa doa itu ditahan diantara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas nabi Muhammad Saw”. (Atsar Hasan, Riwayat Tirmidzi)
Ada sebuah cerita, bahwasanya ulama besar Sufyan ats Tsauri sedang thawaf mengelilingi ka’bah dan melihat seseorang yang setiap kali mengangkat kaki dan menurunkannya senantiasa membaca shalawat atas nabi. Sufyan bertanya: “Sesungguhnya engkau telah telah tinggalkan tasbih dan tahlil, sedang engkau hanya melakukan shalawat atas Nabi. Apakah ada bagimu landasan yang khusus? Orang itu menjawab: “Siapakah engkau? Semoga Allah mengampunimu. Sufyan menjawab: “Saya adalah sufyan ats tsauri”. Orang itu berkata: “seandainya kamu bukanlah orang yang istimewa di masamu ini niscaya saya tidak akan memberitahukan masalah ini dan menunjukkan rahasiaku ini”.
Kemudian orang itu berkata kepada sufyan: “sewaktu saya mengerjakan haji bersama ayahku, dan ketika berada di dekat kepalanya ayahku meninggal dan mukanya tampak hitam, lalu saya mengucapkan “innalillah wa inna ilahi rajiun” dan saya menutup mukanya dengan kain. Kemudian saya tertidur dan bermimpi, dimana saya melihat ada orang yang sangat tampan, sangat bersih dan mengusap muka ayahku, lalu muka ayahku itu langsung berubah menjadi putih. Saat orang yang tampan itu akan pergi, lantas saya pegang pakaiannya sambil bertanya: “wahai hamba Allah siapakah engkau? Bagaimana lantaran kamu Allah menjadikan muka ayahku itu langsung berubah menjadi putih di tempat yang istimewa ini?. Orang itu menjawab: “apakah kamu tidak mengenal aku? Aku adalah Muhammad bin Abdullah yang membawa al-Quran. Sesungguhnya ayahmu itu termasuk orang yang melampaui batas (banyak dosanya) akan tetapi ia banyak membaca shalawat atasku. Ketika ia berada dalam suasana yang demikian, ia meminta pertolongan kepadaku, maka akupun memberi pertolongan kepadanya, karena aku suka memberi pertolongan kepada orang yang banyak memperbanyak shalawat atasku”. Setelah itu saya terbangun dari tidur, dan saya lihat muka ayahku berubah menjadi putih. (Dari Kitab: Tanbihun Ghofilin, as-Samarqhondi, hal: 261)
Begitu dahsyatnya balasan shawalat terhadap Nabi Saw. sehingga bagi siapapun yang mengucapkannya akan melibatkan Allah, para malaikat dan Nabi Muhammad Saw langsung membalasnya, tidak cuma balasan pahala, imbalan atau keselamatan di akhirat, tetapi juga mendapat syafaat dari Nabi Muhammad Saw.
Orang yang mendengar shalawat atas nabi, tetapi tidak menjawabnya lalu ia meninggal dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari RahmatNya.
Sabda Nabi:
“Jibril datang kepadaku dan berkata: “wahai Muhammad, barangsiapa yang mendapatkan bulan ramadhan namun ia tidak diampuni dosanya, lalu ia mati dan masuk neraka, maka Allah akan menjauhkan dari RahmatNya. Aku menjawab: “amin”. Jibril berkata lagi: “barangsiapa yang masih bertemu dengan kedua orangtuanya atau salah satu diantaranya kemudian tidak berbuat baik pada orang tuanya, lalu mati dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari rahmatNya. Aku menjawab: “Amin”. Jibril berkata lagi: “barangsiapa yang disebutkan namamu (muhammad) namun ia tidak membacakan shalawat lalu ia mati dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari rahmatNya. Aku mengucapkan “Amin”. (HR. Ibnu Hibban).
Ucapkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, disaat kita senggang, disaat akan menggubah posisi kegiatan kita, disaat kapanpun, dimanapun selagi kita mampu. Dan bila ada yang mengucapkan shalawat:
اللهم صلى على محمد وعلى آل محمد
Maka kita menjawab:
اللهم صلى وسلم وبارك على محمد
Jangan lupakan shalawat, karena bila kita lupa berarti kita telah melupakan seseorang yang telah menunjukkan kita kejalan yang lurus yaitu Nabi Muhammad Saw. bila kita telah melupakan shalawat berarti kita telah melupakan dan keliru dari jalan yang seharusnya kita tempuh menuju sorga.
“barangsiapa yang lupa membaca shawalat atasku, berarti ia telah keliru dari jalan ke sorga” (HR. Ibnu majah).

MANAQIB JAWAHIRUL MA'ANY

 Hasil gambar untuk manaqib jawahirul ma'ani
Manakib itu adalah kisah/sejarah hidup dari para kekasih2 Allah…seperti Manakib Syeh Abdul Kodir Jaelany (Jawahirul Ma’any) berisi Kisah hidup dari Syeh abdul Kodir Jaelany. Apabila ada orang yg mengatakan Bid’ah cukuplah dgn menjawab bahwa kami orang2 yg beriman & bertakwa kpd Allah SWT (Muslim) diperintahkan untuk mencari washilah atau perantara Kepada_Nya (Perkara yg bisa mendekatkan diri kpd Allah secara Mutlak) seperti dijelaskan dlm tafsir Showi juz 1 hal.33
    ياأيهاالذين أمنواإتّقواالله وابتغواإليه الوسيلة (وابتغاءالوسيلة مايقرّب إليه إطلاقا. ومن جملة ذالك محبة أنبياء الله تعالى وأوليائه والصدقة وزيارة أحباءالله وكثرةالدعاء وكثرة صلة الرحم وكثر

Kurang lebih artinya : “Hai orang-orang yg beriman, bertakwalah kpd Allah Ta’ala dan carilah washilah (perantara) kepada_Nya”. Mencari washilah adalah semua perkara yg bisa mendekatkan kepada Allah secara mutlak. Sebagian dari hal tersebut adalah cinta kpd Nabi-nabi Allah Ta’ala, cinta kpd Wali-walinya, bersedekah, ziarah kpd kekasih Allah, memperbanyak do’a, memperbanyak Silaturrahmi kerabat family, memperbanyak dzikir dll..

 Hasil gambar untuk manaqib jawahirul ma'ani

Membaca Manakib menurut kitab tafsir showi adalah termasuk termasuk tawasul sedangkan menurut Imam Ghozali adalah termasuk ibadah dan menurut Syeh Ahmad Jauhari Umar membaca sholawat & hadroh fatihah untuk mereka termasuk cinta kpd Nabi2 Allah SWT. Membaca Hadroh dan membaca manakib (kisah Syeh Abdul Kodir Jaelany atau lainnya) termasuk cinta kpd Wali2Nya. Pada dasarnya kita mengharapkan Ridho Allah SWT. dan semoga kita termasuk orang2 yg diridhoi_Nya… Amin.

Senin, 11 April 2016

AQIDAH KITA BERSAMA

Dipenghujung jaman diantara ummat ini banyak yang kembali kepada kekufuran, Mereka inkar terhadap sang kholiq ( Penciptanya ) Karena mensifatkan Allah SWT dengan sifat-sifat benda ( Menjisimkan ) Dan beranggota tubuh. ( Sayyidina Ali RA )

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan kekuasaan dan keperkasaan Allah serta kedatangan para Malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (QS: Al Baqoroh 210)
Tafsir :
زاد المسير في علم التفسير المؤلف : جمال الدين عبد الرحمن بن علي بن محمد الجوزي    
المتوفى : 597هـ)
قوله تعالى : { إلا أن يأتيهم الله } كان جماعة من السلف يمسكون عن الكلام في مثل هذا . وقد ذكر القاضي أبو يعلى عن أحمد أنه قال : المراد به : قدرته وأمره . قال : وقد بينه في قوله تعالى : { أوَ يأتي أمر ربك } [ الانعام : 158 ]

Penjabaran Tafsir:
قوله تعالى : { إلا أن يأتيهم الله }
كان جماعة من السلف يمسكون عن الكلام في مثل هذا
.

Dalam mensikapi ayat-ayat seprti ini sebagian besar dari kalangan Salafus Sholeh tidak mengungkit-ungkit dan tidak membahasnya. Mereka memberikan berbagai intinya persis sama yaitu mentafwidh makna Al Murad, seperti dibawah ini:
A-
أخبرنا أبو بكر بن الحارث ، أنا أبو محمد بن حيان ، ثنا عبد الله بن محمد بن يعقوب ، ثنا أبو حاتم ، ثنا إسحاق بن موسى ، قال: سمعت ابن عيينة ، يقول: « ما وصف الله تعالى به نفسه فتفسيره قراءته، ليس لأحد أن يفسره إلا الله تبارك وتعالى، أو رسله صلوات الله عليهم»
Segala yang Allah sifatkan untuk diri-Nya maka bacaannya itulah tafsirannya. Tidak sayogyanya seseorang  (yang blm Rasikh) mencoba untuk menafsirkannya melainkan Allah dan Rasul-Nya. (Ini metode Tafwidh) (Al Asma' Wasshifat Al Baihaqi)
B-
أخبرنا أبو بكر بن الحارث الفقيه ، أنا أبو محمد بن حيان أبو الشيخ الأصبهاني ، قال: وفيما أجازني جدي يعني محمود بن الفرح قال: قال إسحاق بن راهويه : سألني ابن طاهر عن حديث النبي صلى الله عليه وسلم ـ يعني في النزول ـ فقلت له: « النزول بلا كيف. قال أبو سليمان الخطابي: هذا الحديث وما أشبهه من الأحاديث في الصفات كان مذهب السلف فيها الإيمان بها، وإجراءها على ظاهرها ونفي الكيفية عنها.
Al Imam Abu Sulaiman Al Khatthobi berkata: "Hadist ini atau yang serupa dengannya adalah merupakan hadist sifat. Dalam mensikapi Hadist-Hadist seperti ini para Salafus Sholeh menyarankan; wajib meng-Imaninya  serta membiarkan apa yang ada pada zhohir redaksi dan menafikan kaifiyahnya. (Al Asma' Wasshifat Al Baihaqi)

Mungkin Kalimat ini:
وإجراءها على ظاهرها
(serta membiarkan apa yang ada pada zhohir kalimat)

Inilah yang keliru dan salah difahami oleh anak-anak Wahabi, bahkan nenek moyang mereka. Sehingga mereka mewajibkan (inilah bid'ah dholalah) memaknai ayat-ayat Al Mutasyabihat dg makna zhohirnya. Kenapa kita bisa memastikan kesalahan mereka…???
Karena bertolak belakang dengan perkataan para A'Immah didalam mereka memberikan dasar-dasar pokok untuk mensikapi ayat-ayat Al mutasyabihat seperti :
Al Imam Ibn Qudamah Al Maqdisi di dalam ktb Lum'atul I'tiqod nya beliau mengatakan:
وما أشكل من ذلك وجب إثباته لفظا ، وترك التعرض لمعناه ونرد علمه إلى قائله،ونجعل عهدته على ناقله اتباعا لطريق الراسخين في العلم الذين أثنى الله عليهم في كتابه المبين.

Dan hadist-hadist yang serupa dengan itu (yakni hadist "Nuzul") kita wajib mengimani (mengistbatkan) LAFAZH nya (bukan mengistbatkan maknanya) dan tdk usah memaksakan diri untuk mencari tau tentang makna hakikatnya. Cukup kita serahkan (baca: Tafwidh maknanya) atau apa maksudnya kepada Allah dan Rasul-Nya, demi meneladani dan mengikuti jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang Rasikh dlm ilmu agama yang telah dipuji oleh Allah dalam kitab Al Qur'an-Nya.

Imam Ahmad Ibn Hambal Rahimahullah,beliau berkata :
قال الإمام أبو عبد الله أحمد بن محمد بن حنبل رضي الله عنه في قول النبي صلى الله عليه وسلم : « إن الله ينزل إلى سماء الدنيا » ، أو « إن الله يرى في القيامة »وما أشبه هذه الأحاديث نؤمن بها ونصدق بها بلا كيف ولا معنى ولا نرد شيئا منها

Komentar Imam Ahmad Ibn Hambal Tentang Nusush Al Mutasyabihat: Kami meng imani nya dan membenarkannya tanpa "KAIEF" dan tanpa menta'yinkan/menentukan makna yang dimaksud serta tidak menolak Nash-Nash tersebut.

Al Imam Al Syafi'i Rahimahullah,beliau berkata :
قال الإمام أبو عبد الله محمد بن إدريس الشافعي رضي الله عنه : آمنت بالله وبما جاء عن الله ، على مراد الله ، وآمنت برسول الله ، وبما جاء عن رسول الله على مراد رسول الله

Aku beriman kepada Allah dan kepada segala yang telah di khabarkan-Nya dengan menyerahkan maksudnya kepada-Nya. Dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada segala  yang telah diberitakan-Nya dengan menyerahkan maksudnya kepada-Nya.

Al Imam Al Suyuthi dgn memberikan penjelasan dalam Al Itqonnya,beliau berkata :
وجمهور أهل السنة منهم السلف وأهل الحديث على الإيمان بها وتفويض معناها المراد منها إلى الله تعالى ولا نفسرها مع تنزيهنا له عن حقيقتها

Jumhur Ahlus Sunnah diantaranya sebagian besar dari kalangan Salafus Sholeh dan para ahli Hadist; cukup mengimani Nash tersebut apa adanya dan men TAFWIDH makna yang dimaksudkan kepada Allah SWT, dan ditafsir serta berpegang teguh meyakini kemaha sucian Allah SWT dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Didalam kitab yg lain beliau (Ibn Quddamah) lebih gamblang memperjelas apa yg telah dikatakan oleh beliau dg membawakan redaksi beliau sbb:
ومما يؤكد أن ابن قدامة يختار التفويض بالمعنى الذي ذكره أهل السنة أنه نصَّ على أن الإيمان في هذا الموطن إيمانٌ بمجرد الألفاظ مع تفويض العلم بمعناها إلى الله فقال:
وأما إيماننا بالآيات وأخبار الصفات فإنما هو إيمان بمجرد الألفاظ التي لا شك في صحتها ولا ريب في صدقها، وقائلُها أعلم بمعناها فآمنا بها على المعنى الذي أراد ربنا تبارك وتعالى فجمعنا بين الإيمان الواجب ونفي التشبيه المحرم…
وأما قوله: هاتوا أخبرونا ما الذي يظهر لكم من معنى هذه الألفاظ الواردة في الصفات؟
فهذا قد تسرع في التجاهل والتعامي كأنه لا يعرف معتقد أهل السنة وقولَهم فيها وقد تربى بين أهلها وعرف أقوالهم فيها وإن كان الله سبحانه وتعالى قد أبكمه وأعمى قلبه إلى هذا الحد بحيث لا يعلم مقالتهم فيها مع معاشرته لهم واطلاعه على كتبهم.. وبين أنه إذا سألَنا سائل عن معنى هذه الألفاظ قلنا: لا نزيدك على ألفاظها زيادة تفيد معنى بل قراءتُها تفسيرها من غير معنى بعينه ولا تفسير بنفسه، ولكن قد علمنا أن لها معنى في الجملة يعلمه المتكلم بها فنحن نؤمن بها بذلك المعنى، ومن كان كذلك كيف يسأل عن معنى وهو يقول لا أعلمه

Perhatikan juga yang ini :
 وقال شيخ الحنابلة أبو الفضل التميمي في اعتقاد الإمام المبجل ابن حنبل: (وسئل قبل موته بيوم عن أحاديث الصفات فقال تمرُّ كما جاءت ويُؤْمن بها ولا يرد منه شيءٌ إذا كانت بأسانيد صحاح ولا يوصف الله بأكثر مما وصف به نفسه بلا حد ولا غاية " ليس كمثله شيء وهو السميع البصير" ومن تكلم في معناها ابتدع ..فهذا وما شاكله محفوظ عنه وما خالف ذلك فكذب عليه وزور
(وانظر نحو هذا التصريح عن طائفة من السلف في سنن البيهقي الكبرى 3/3 و شعب الإيمان1/105 والتمهيد لابن عبد البر 7/148 والعلو للعلي الغفار للذهبي 1/153 و 1/207- 209.)

Imam Nawawi juga sejalan dengan mereka (Salafus sholeh) , tapi Ustaimin maco gara-gara ini telah mengeluarkan Imam Nawawi dari ber AQIDAH Ahlus Sunnah Wal Jamaah, dalam syarah muslim beliau meredaksikan:
قوله صلى الله عليه و سلم أين الله قالت في السماء قال من أنا قالت أنت رسول الله قال اعتقها فانها مؤمنة
هذا الحديث من أحاديث الصفات وفيها مذهبان تقدم ذكرهما مرات في كتاب الايمان أحدهما الايمان به من غير خوض في معناه مع اعتقاد أن الله تعالى ليس كمثله شيء وتنزيهه عن سمات المخلوقات


Imam Al Juwaini meredaksikan seperti ini :

وَفِي إِعْلاَمِ الْمُوَقِّعِينَ ، قَال الْجُوَيْنِيُّ : ذَهَبَ أَئِمَّةُ السَّلَفِ إِلَى الاِنْكِفَافِ عَنِ التَّأْوِيل ، وَإِجْرَاءِ الظَّوَاهِرِ عَلَى مَوَارِدِهَا ، وَتَفْوِيضِ مَعَانِيهَا إِلَى الرَّبِّ تَعَالَى ، وَالَّذِي نَرْتَضِيهِ رَأْيًا وَنَدِينُ اللَّهَ بِهِ عَقْدُ اتِّبَاعِ سَلَفِ الأُْمَّةِ ، فَحُقَّ عَلَى ذِي الدِّينِ أَنْ يَعْتَقِدَ تَنْزِيهَ الْبَارِي عَنْ صِفَاتِ الْمُحْدَثِينَ ، وَلاَ يَخُوضَ فِي تَأْوِيل الْمُشْكِلاَتِ ، وَيَكِل مَعْنَاهَا إِلَى الرَّبِّ تَعَالَى

Sementara Imam Abu Hanifah berkata :

وقال الامام اب حنيفة النعمان رحمه الله ( قلت : أرأيت لو قيل أين الله تعالى ؟ فقال – أي أبو حنيفة : يقال له كان الله تعالى ولا مكان قبل أن يخلق الخلق ، وكان الله تعالى ولم يكن أين ولا خلق ولا شىء ، وهو خالق كل شىء ) الفقه الأبسط ضمن مجموعة رسائل أبي حنيفة بتحقيق الكوثري (ص 25) ، ونقل ذلك أيضا المحدث الفقيه الشيخ عبد الله الهرري المعروف بالحبشي في كتابه الدليل القويم

Lalu metode siapakah yang diikuti oleh anak-anak Wahabi dan dedengkot-dedengkotnya…??? Tiada lain dan tiada bukan yaitu; metode Ibnu Taimiyah yang dijalaninya sebelum beliau bertobat dari AQIDAH sesat tersebut.
C-
أخبرنا أبو بكر بن الحارث الفقيه ، أنا أبو محمد بن حيان ، ثنا الحسن بن محمد الداركي ، ثنا أبو زرعة ، ثنا ابن مصفى ، ثنا بقية ، ثنا الأوزاعي ، عن الزهري ، ومكحول ، قالا: « امضوا الأحاديث على ما جاءت»
Lewati saja hadist-hadist seperti ini dan biarkan sebagaimana adanya…!!! (Al Asma' Wasshifat Al Baihaqi)
D-
وأخبرنا أبو عبد الله الحافظ ، ثنا أبو بكر محمد بن أحمد بن بالويه ، ثنا محمد بن بشر بن مطر ، ثنا الهيثم بن خارجة ، ثنا الوليد بن مسلم ، قال: سئل الأوزاعي ومالك وسفيان الثوري والليث بن سعد عن هذه الأحاديث التي جاءت في التشبيه فقالوا : « أمروها كما جاءت بلا كيفية»
Lewatkan saja dan biarkan seperti apa adanya tanpa kaeif, usah ditafsir dan jangan dibahas…!!! (Al Asma' Wasshifat Al Baihaqi)

Anak-anak titisan Wahabi sering mengangkat perkataan Imam Malik RA untuk pembenaran AQIDAH sesat mereka, padahal itu adalah merupakan tafsiran yang mereka karang sendiri demi untuk membuktikan pendapat merekalah yang benar dalam hal ini.
Lalu apakah AQIDAH Imam yang Empat mereka anggap  berbeda-beda satu sama lain…??? Subhana Allah…!!! Sungguh akal yang sehat tidak akan membenarkannya!
Tafsiran perkataan Imam Malik insya Allah yang benar adalah : Berawal dari kisah ketika beliau ditanya tentang makna Al Istiwa' beliau menjawab sbb :
Ada (2) riwayat dengan redaksi yang tak jauh beda yaitu:
_ Riwayat yang pertama (1
 الاستواء غير مجهول، والكيف غير معقول، والإيمان به واجب، والسؤال عنه
 بدعة، وأراك رجل سَوْء أخرجوه

_ Riwayat yang ke dua (2)
 الاستواء معلوم والكيف مجهول والسؤال عن هذا
 بدعة وأظنك رجل سوء أخرجوه عني

Kali ini kita tdk membahas tentang riwayat yang mana. Diantara kedua riwayat diatas yang lebih shoheh. Namun saat ini kita hanya ingin meluruskan pemahaman Mutiara beliau yang di ilegalkan pengertiannya oleh sakte Wahabi. Ku nukilkan disini maksud dan pengertian Mutiara Imam Malik ra dari penjelasan kitab:
مناهل العرفان في علوم القرآن _ المؤلف : محمد عبد العظيم الزرقاني (المتوفى : 1367هـ

Beliau memaparkan seperti ini ;
  يريد رحمة الله عليه أن "الاستواء معلوم" الظاهر بحسب ما تدل عليه الأوضاع اللغوية ولكن هذا الظاهر غير مراد قطعا لأنه يستلزم التشبيه المحال على الله بالدليل القاطع
Yang dimaksudkan oleh beliau (Imam Malikra) dengan redaksi "Al Istiwa' Ma'lum" adalah: kosa kata Al Istiwa' memang sudah jelas artinya dalam pemakaian bahasa (dan mengandung pengertian yang sangat banyak), akan tetapi arti zhohir yang terdapat dalam kosa kata Al Istiwa' sama-sekali bukan itu yang dimaksudkan pada ayat tersebut, karena kosa kata Al Istiwa' apabila diacukan kepada makna zhohirnya pasti disana terdapat aroma pen TASYBIH an terahadap dzat yang maha suci. Dan yang demikian itu Mustahil bagi Allah karena sudahadanya dalil Qath'i yang menyatakan hal tersebut (dalam ayat-ayat Al Muhkamat).
 والكيف مجهول أي تعيين مراد الشارع مجهول لنا لا دليل عندنا عليه ولا سلطان لنا به

Dan "Al Kaief Majhul" maksud beliau dalam redaksi ini adalah: menta'yinkan/menentukan secara pasti tentang apa sebenarnya yang dimaksudkan oleh Syare' (Allah) dalam masalah ini (makna kosa kata Al Istiwa') kita tidak biasa mengetahuinya karena sama-sekali kita tidak menemukan dalil/bukti. Oleh sebab itu kita serahkan makna Al Murad kepada-Nya.
 والسؤال عنه بدعة أي الاستفسار عن تعيين هذا المراد على اعتقاد أنه مما شرعه الله بدعة لأنه طريقة في الدين مخترعة مخالفة لما أرشدنا إليه الشارع من وجوب تقديم المحكمات وعدم اتباع المتشابهات وما جزاء المبتدع إلا أن يطرد ويبعد عن الناس خوف أن يفتنهم لأنه رجل سوء وذلك سر قوله: وأظنك رجل سوء أخرجوه عني اهـ.

 "Dan bertanya tentang hal itu adalah bid'ah".
Maksud beliau adalah: Mencari tahu untuk menentukan tafsiran kosa kata Istiwa' (bahkan seluruh Nash Al Mutasyabihat) serta berkeyaqinan bahwa hal itu adalah perintah dari Allah, maka cara dan keyakinan seperti ini adalah bid'ah karena meng ada-ada dalam agama serta membelakangi apa yang telah diperintahkan oleh syare' (Allah) yaitu kewajiban untuk mandahulukan ayat-ayat Al Muhkamat (artinya: Mengembalikan Al Mutasyabihat ke Al Muhkamat). Bukan sebaliknya; justru mengumpulkan penggalan-penggalan Al Mutasyabihat (spt sakte Wahabi) sehingga menimbulkan "FITNAH Al Wahhabiyah." Dan balasan yang pantas dan setimpal bagi pelaku bid'ah (dalam AQIDAH) adalah di usir dan di kucilkan dari orang banyak khawatir FITNAH nya menular kepada orang lain karena Dia adalah laki-laki yang menyimpan kebusukan dalam dadanya. Inilah rahasia yang tersimpan dalam redaksi beliau:
 وأظنك رجل سوء أخرجوه عني_
Lanjutan  penjabaran Tafsir:
وقد ذكر القاضي أبو يعلى عن أحمد أنه قال : المراد به : قدرته وأمره . قال : وقد بينه في قوله تعالى : { أوَ يأتي أمر ربك } [ الانعام : 158
Al Qodhi Abu Ya'la telah menyebutkan sebuah riwayat yang bersumbar dari Imam Ahmad RA beliau berkata: "Bahwa yang dimaksudkan dengan firman Allah "Ya'tiahum" adalah: Kekuasan-Nya. Ini kami katakan karena didalam surat Al An'am ayat 158 Allah telah menzhohirkan makna yang kami maksudkan sebagai tafsiran (TAKWILAN) dari ayat tersebut yaitu firman Allah:
{ أوَ يأتي أمر ربك }
(Ini metode Takwil Salafus Sholeh) Jadi untuk mensikapi ayat-ayat Al Mutasyabihat supaya selamat dari (kufur dalam I'TIQOD) hanya ada dua jalan yaitu: TAFWIDH & TAKWIL
والحمد لله رب العالمين
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم



© Post Original & Official®
█║▌│█│║▌║││█║▌║▌║
Verified Official by Soffah.net