KH. Marzuqi Dahlan ( 1906 – 1975 )
KH. Marzuqi Dahlan lahir tahun 1906 M, di Desa Banjarmelati,
sebuah desa di bantaran barat Sungai Brantas, Kota Kediri. Beliau putra bungsu
dari empat bersaudara, dari pasangan KH. Dahlan dan Nyai Artimah. Dibawah
pengawasan langsung kakeknya (KH. Sholeh Banjarmelati) Gus Zuqi kecil menerima
pengajaran dasar-dasar Islam seperti aqidah, tajwid, fiqh, ubudiyah, dll.
Pernah satu waktu, sang ayah (Kiai Dahlan) meminta agar Gus Zuqi kembali ke
kampung halaman (Pondok Pesantren Jampes) guna menuntut ilmu langsung di bawah
asuhan ayah kandung sendiri. Gus Zuqi bersedia, namun beberapa saat kemudian
Gus Zuqi kembali ke Banjarmelati.
Ketika Gus Zuqi beranjak muda, beliau pindah menuntut ilmu
di Lirboyo, dibawah asuhan KH. Abdul Karim yang merupakan paman Gus Zuqi.
Disinilah kemampuan berpikir Gus Zuqi semakin terasah, sehingga dalam waktu
yang singkat beliau dapat menyerap berbagai ilmu keagamaan. Usai dari di
Lirboyo, Gus Zuqi meneruskan pengembaraan di pelbagai pondok pesantren,
diantaranya; Pondok Pesantren Tebuireng asuhan Hadratussyaikh KH. Hasyim
Asy’ari, Pondok Pesantren Mojosari Nganjuk, asuhan KH. Zainuddin, Pondok
Pesantren Bendo Pare asuhan Kiai Khozin, cukup lama beliau mondok di Pare
hingga berusia 20-an tahun. Selanjutnya beliau kembali ke kampung halaman untuk
belajar langsung ke KH. Ihsan Al-Jampasy, sang kakak yang juga pengarang kitab
Shirojut Tholibin. Sebuah kitab monumental dalam bidang tasawuf.
KH. Marzuqi Dahlan menikah dengan Nyai Maryam binti KH Abdul
Karim dan berdomisili di Lirboyo tahun 1936 M. Meski telah menikah, semangat
beliau dalam mengaji tidak pernah luntur, hal ini merupakan salah satu amanat
yang disampaikan KH Abdul Karim kepada beliau, sesaat usai aqad nikah
berlangsung, hingga himmah beliau untuk tetap mendidik santri terus terjaga dan
sangat istiqomah.
Pada tahun 1961 M, Nyai Maryam berpulang ke Rahmatullah,
meninggalkan beliau untuk selama-lamannya. Namun untuk menghapus kedukaan yang
berlarut-larut, keluarga menikahkan KH. Marzuqi Dahlan dengan Nyai Qomariyah
yang tak lain adalah adik bungsu Nyai Maryam.
Sosok KH. Marzuqi Dahlan adalah sosok sederhana dan sangat
bersahaja, hal ini terbukti dari penampilan beliau sehari-hari yang jauh dari
kesan mewah dan perlente. Padahal saat itu beliau sudah menjadi pengasuh Pondok
Pesantren Lirboyo. Ketika bepergian dan atau berziarah ke makam-makam Auila’
disekitar Kediri, KH Marzuqi Dahlan lebih sering bersepeda. Bukan hanya
kendaraan, kediaman beliaupun terbilang sangat sederhana, yakni berdindingkan
anyaman bambu, hingga pada tahun 1942 M barulah kediaman beliau berganti dengan
tembok.
Pada Tahun 1973 M KH. Marzuqi Dahlan menunaikan Ibadah haji.
Dua tahun setelah menunaikan ibadah haji, kondisi beliau mulai terganggu, sebab
usia beliau memang sudah sepuh. Namun meski demikian, semangat beliau untuk
memimipin Pesanten Lirboyo tetap terjaga, hingga pada bulan Syawal pada tahun
1975, beliau jatuh sakit dan harus dirawat di RS. Bhayangkara, Kediri. Dua
minggu lamanya beliau dirawat. Karena tidak ada perubahan yang menggembirakan,
akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pulang KH. Marzuqi Dahlan ke
kediaman beliau, hingga pada hari Senin Tanggal 18 Nopember 1975 M beliau
dipanggil sang pencipta, dihadapan keluarga dan para santri yang sangat
mencintainya. (al Fatihah…)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar