KH. Ali bin Maksum bin Ahmad dilahirkan di Lasem, kota tua di Jawa Tengah dari keluarga ulama keturunan Sayyid Abdurrahman alias Pangeran Kusumo bin Pangeran Ngalogo alias Pangeran Muhammad Syihabudin Sambu Digdadiningrat alias Mbah Sambu. Garis keturunan ini banyak melahirkan keluarga pesantren yang tersebar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masa muda beliau habiskan dengan berguru dari pesantren ke pesantren. Dimulai dari ayahnya sendiri yang juga seorang kyai ulama besar, beliau kemudian nyantri kepada Kyai Amir Pekalongan untuk kemudian melanjutkan kepada Kyai Dimyati Tremas Pacitan Jawa Timur. Sejak di Termas inilah beliau terlihat menonjol dan akhirnya ikut membantu gurunya mengajar dan mengurus madrasah pesantren dan membuat karangan tulisan.
Tak
lama setelah diambil menantu oleh KHM Munawwir al Hafidh al Muqri
Krapyak Yogyakarta, beliau dibantu oleh seorang saudagar Kauman
Yogyakarta untuk dapat berhaji ke Mekah. Kesempatan ini beliau
pergunakan pula untuk melanjutkan mengaji tabarrukan kepada para ulama
Mekah: Sayyid Alwi al Maliki Al Hasni, Syaikh Masyayikh Hamid Mannan,
Syaikh Umar Hamdan dan sebagainya.
Setelah
dua tahun mengaji di Mekah Kyai Ali kembali ke tanah Jawa. Sedianya
beliau hendak tinggal di Lasem membantu ayahnya mengembangkan pesantren.
Namun, sepeninggal Kyai Munawwir Krapyak, Pondok Krapyak memerlukan
beliau untuk melanjutkan perjuangan di bidang pendidikan bersama-sama
dengan KHR. Abdullah Affandi Munawwir dan KHR. Abdul Qadir Munawwir. Akhirnya
beliau menghabiskan umur dan segenap daya upaya beliau untuk merawat
dan mengembangkan Pondok Krapyak, yang pada saat diasuh mendiang Kyai
Munawwir merupakan cikal bakal pesantren al Qur’an di Indonesia.
Di
bidang pendidikan pesantren, beliau merintis pola semi moderen dengan
sistem klasikal hingga berkembanglah madrasah-madrasah hingga saat ini.
Beliau juga diminta untuk menjadi dosen luar biasa pada Institut Agama
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Di
bidang kemasyarakatan dan politik, beliau pernah menjadi anggota majlis
Konstituante, sebuah lembaga pembuat Undang-Undang Dasar pada masa
rejim Orde Lama. Dalam organisasi para kyai, Nahdlatul Ulama, beliau
pernah memangku jabatan Rais ‘Aam Syuriyyah yang mengantarkan Jam’iyyah
Nahdlatul Ulama keluar dari jalur politik pada masa rejim Orde Baru.
Di
sela-sela mengasuh seribuan santrinya, beliau menyempatkan diri untuk
memberikan pengajian di masyarakat, mengawasi sendiri pembangunan
gedung-gedung pondok dan menulis kitab-kitab. Hujjah Ahlis Sunnah wal
Jama’ah, Tasrif ul Kalimah fis Shorf, Ilmu Mantiq, adalah beberapa dari
kitab berbahasa Arab susunan beliau.
Sebelum wafat pada akhir 1989, dari sentuhan tangan beliau telah dilahirkan
ratusan kyai dari ribuan santri yang mengaji pada beliau pada kurun
1946 hingga 1989. Dari keteguhan beliau, Pondok Krapyak beberapa hari
sebelum beliau meninggal menjadi tempat penyelenggaraan Muktamar
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, pertemuan paling bergengsi organisasi para
ulama Indonesia.
Dari
kesabaran beliau yang selama hidup dibantu oleh istrinya Nyai Hasyimah
Munawwir, telah berdiri dan berkembang Taman Kanak-Kanak, Madrasah
Diniyyah, Madrasah Tsanawiyyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Tahfidzil
Qur’an dan Madrasah Takhassusiyah untuk para santri mahasiswa.
Pondok Pesantren Krapyak, setelah kemangkatan beliau tahun 1989, pengelolaannya ditangani oleh lembaga berbadan hukum dengan nama Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Yayasan ini sekarang dipimpin oleh KH Attabik Ali yang merupakan putra pertama dari KH Ali Maksum.
SUMBER : KRAPYAK.ORG
Pondok Pesantren Krapyak, setelah kemangkatan beliau tahun 1989, pengelolaannya ditangani oleh lembaga berbadan hukum dengan nama Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Yayasan ini sekarang dipimpin oleh KH Attabik Ali yang merupakan putra pertama dari KH Ali Maksum.
SUMBER : KRAPYAK.ORG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar