SELAMAT DATANG PARA SAHABAT BLOGGER DI BLOG SEDERHANA KAMI "MP" DAARUTTHOLABAH79.BLOGSPOT.COM.BLOG DARI SEORANG WNI YANG BERHARAP ADA PEMIMPIN DI NEGERI INI,BAIK SIPIL/MILITER YANG BERANI MENGEMBALIKAN PANCASILA DAN UUD 1945 YANG MURNI DAN KONSEKUEN TANPA EMBEL-EMBEL AMANDEMEN SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP RAKYAT INDONESIA...BHINNEKA TUNGGAL IKA JADI KESEPAKATAN BERBANGSA DAN BERNEGARA,TOLERANSI DAN KESEDIAAN BERKORBAN JADI CIRINYA...AMIIN

Selasa, 27 Desember 2016

MENYIBAK LEGENDA PUSER BUMI GUNUNG JATI CIREBON


Letak Gunung Jati Cirebon
Gunung Jati atau Giri Amparan Jati Cirebon terletak di desa Astana kecamatan Sunan Gunung Jati,Cirebon. Tepatnya bila dari arah kota Cirebon menuju utara ada disebelah kanan.Persisnya bersebrangan dengan Gunung Sembung yang menjadi tempat makan para leluhur Cirebon diantaranya adalah Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah yang merupakan keponakan dari mbah Kuwu Cirebon atau Pangeran Cakrabuana.

 
Foto insert : Astana Gunung Sembung

Astana Gunung Sembung

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef
Adapun Astana Gunung Sembung Gunung Jati merupakan kawasan pemakaman warga Keraton Cirebon dan penduduk asli desa Astana. Pintu masuk utama Gunung Jati ada di depan, tepat disisi jalan raya Sunan Gunung Jati. Namun, bisa juga masuk melalui pintu dari samping kiri atau kanan dari kawasan pemakaman ini yang merupakan kawasan tempat tinggal warga.


Foto insert : Puncak gunung jati

Ketika Kita mulai mendaki Gunung Jati, dipertengahan akan dijumpai persimpangan dimana bila lurus akan menuju ke satu tempat yang dikenal dengan Pemakaman dari Syekh Datul Kahfi atau Syekh Nurjati (Guru Pangeran Walangsungsang dan adik perempuannya Nyi Mas Ratu Rarasantang atau ibu dari Sunan Gunung Jati).



Sedangkan ke arah kanan akan menuju ke puncak dari Gunung Jati dimana akan dijumpai sebuah lubang yang dikenal dengan Puser Bumi dan disamping kiri arah turun ada sebuah Gua tempat Syekh Datul Kahfi. Dan arah kiri akan dijumpai Sumur Jalatunda atau Sumur Titipan Agung dari kata "Jalla" yang artinya : "agung atau luhur" dan kata "tundha" yang artinya : "titipan" (dalam bahasa arab).
Pada Setiap Malam Jumat Kliwon dan hari-hari tertentu, kawasan pemakaman ini ramai dikunjungi peziarah dari berbagai pelosok. Khususnya di tiga tempat utama dari Puncak Gunung Jati ini.


Foto insert : Puser Bumi Gunung Jati Cirebon.
Asal Muasal Nama Puser Bumi
Asal Muasal Puser Bumi Konon, menurut dongeng dari Cirebon, Pulau Jawa sebelum ajaran Islam berkembang, adalah merupakan hutan rimba yang sangat angker. Penuh dengan rawa yang membanjir. Ditumbuhi banyak pepohonan besar dan semak belukar yang lebat. Pada suatu masa di jaman Nabi Isa Al Masih, di salah satu puncak gunung, hiduplah seorang pertapa bernama Pendeta Bageral Banjir. Kawah Kembar Gunung Ciremai Jawa Barat Dipercaya bahwa gunung tersebut adalah Gunung Ciremai.
Dan hanya pertapa sakti mandraguna pilihan Sanghyang yang dapat tinggal di puncak gunung ini. Gunung Cerme atau Ceremai (Gunung Tertinggi di Propinsi Jawa Barat) Mempunyai ketinggian 3.078 Mdpl, merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung Ciremai ada yang menyebut cerme, ada yang seringkali menamakan “Ceremai”) secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat.



Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Sang Pendeta melakukan tapa demi meminta kepada Sanghyang Maha Tunggal supaya diberikan ilmu Wijihing Srandil dan kesempurnaan hidup.
Lima belas tahun sudah Pendeta Bageral Banjir bertapa di puncak Gunung Ciremai. Tak sia-sia, keinginannya dikabulkan oleh Sanghyang Maha Tunggal. Bersamaan dengan Raga Sukma, ilmu Wijihing Srandil merasuk ke tubuh Pendeta Bageral Banjir. Sang Pendeta langsung merasakan tubuhnya menggigil kedinginan, dan akhirnya pingsan tak sadarkan diri.
Bersamaan dengan itu, tanpa disadari oleh Pendeta Bageral Banjir, Gunung Ciremai mendadak meletus dahsyat. Puncak Gunung Ciremai itu ambrol, terlepas, terpental melesat jauh ke awang-uwung (angkasa) dan akhirnya jatuh ke laut. Puncak Gunung Ciremai itu terombang-ambing di perairan laksana perahu dihantam ombak badai. Sementara itu, tubuh Pendeta Bageral Banjir telah raib. Hilang tanpa bekas, bak pindah ke dimensi lain.
Sekian ratus tahun berlalu, Puncak Gunung Ciremai masih terombang-ambing di laut. Saat itu, datanglah seseorang ke puncak gunung yang terombang-ambing itu. Memperhatikan dengan seksama, kemudian meyakini bahwa tempat inilah yang dicarinya. Itulah petilasan tempat bertapa Pendeta Bageral Banjir. Segera orang tersebut menuntaskan tapa yang pernah dilakukan Sang Pendeta. Puncak gunung yang semula terombang-ambing di tengah laut, mendadak diam dan berubah menjadi tanah (daratan) biasa.
 Di tempat ini, orang tersebut mendirikan rumah gubuk dan bermukim. Kegiatannya di rumah gubuk ini, hanya beribadah saja. Orang tersebut yakin akan tempat yang dipilihnya ini. Orang ini selalu berdoa memohon petunjuk guna mengembangkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Tengah khusuk berdoa, tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara tanpa rupa. Suara itu sepertinya keluar dari pepohonan. Suara itu berkata bahwa tempat ini kelak akan menjadi tempat tujuan dan pusat (puser) berkembang-luasnya Agama Islam. Hal ini semakin memantapkan niatnya untuk tetap tinggal selamanya di tempat ini.
 Dari tempat orang itu biasa duduk, terpancar sinar dari dalam bumi, menghadap permukaan tanah Pulau Jawa. Sinar itu menyoroti tempatnya duduk, dan berpendar ke seantero jagat negara-negara Islam. Orang tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Syekh Nurul Jati atau Syekh Nurjati (Nur Ingkang Sejati). Sedangkan tempatnya duduk, kemudian dikenal sebagai Puser Bumi Gunung Jati.
Letak Gunung Jati Cirebon Gunung Jati atau Giri Amparan Jati, Cirebon terletak di desa Astana kecamatan Sunan Gunung Jati, Cirebon. Tepatnya bila dari arah kota Cirebon menuju utara ada disebelah kanan. Persisnya bersebrangan dengan Gunung Sembung yang menjadi tempat makan para leluhur Cirebon diantaranya adalah Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah yang merupakan keponakan dari mbah Kuwu Cirebon atau Pangeran Cakrabuana. Astana Gunung Sembung Gunung Jati ini merupakan kawasan pemakaman warga Keraton Cirebon dan penduduk asli desa Astana. Pintu masuk utama Gunung Jati ada di depan, tepat disisi jalan raya Sunan Gunung Jati. Namun, bisa juga masuk melalui pintu dari samping kiri atau kanan dari kawasan pemakaman ini yang merupakan kawasan tempat tinggal warga. Ketika mulai mendaki Gunung Jati, Puncak Gunung Jati Ketika mulai mendaki Gunung Jati, dipertengahan akan dijumpai persimpangan dimana bila lurus akan menuju ke satu tempat yang dikenal dengan Pemakaman dari Syekh Datul Kahfi atau Syekh Nurjati (Guru Pangeran Walangsungsang dan adik perempuannya Nyi Mas Ratu Rarasantang atau ibu dari Sunan Gunung Jati). Sedangkan ke arah kanan akan menuju ke puncak dari Gunung Jati dimana akan dijumpai sebuah lubang yang dikenal dengan Puser Bumi dan disamping kiri arah turun ada sebuah Gua tempat Syekh Datul Kahfi. Dan arah kiri akan dijumpai Sumur Jalatunda atau Sumur Titipan Agung dari kata "Jalla" yang artinya : "agung atau luhur" dan kata "tundha" yang artinya : "titipan" (dalam bahasa arab). Pada Malam Jumat Kliwon dan hari-hari tertentu, kawasan pemakaman ini ramai dikunjungi peziarah dari berbagai pelosok. Khususnya di tiga tempat utama dari Puncak Gunung Jati ini. Puser Bumi Gunung Jati Cirebon Dari tempat orang itu biasa duduk, terpancar sinar dari dalam bumi, menghadap permukaan tanah Pulau Jawa. Sinar itu menyoroti tempatnya duduk, dan berpendar ke seantero jagat negara-negara Islam. Orang tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Syekh Nurul Jati atau Syekh Nurjati (Nur Ingkang Sejati). Sedangkan tempatnya duduk, kemudian dikenal sebagai Puser Bumi Gunung Jati. ---------------------------------------------------------------------------------- Asal Muasal Puser Bumi Konon, menurut dongeng dari Cirebon, Pulau Jawa sebelum ajaran Islam berkembang, adalah merupakan hutan rimba yang sangat angker. Penuh dengan rawa yang membanjir. Ditumbuhi banyak pepohonan besar dan semak belukar yang lebat. Pada suatu masa di jaman Nabi Isa Al Masih, di salah satu puncak gunung, hiduplah seorang pertapa bernama Pendeta Bageral Banjir. Kawah Kembar Gunung Ciremai Jawa Barat Dipercaya bahwa gunung tersebut adalah Gunung Ciremai. Dan hanya pertapa sakti mandraguna pilihan Sanghyang yang dapat tinggal di puncak gunung ini. Gunung Cerme atau Ceremai (Gunung Tertinggi di Propinsi Jawa Barat) Mempunyai ketinggian 3.078 Mdpl, merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung Ciremai ada yang menyebut cerme, ada yang seringkali menamakan “Ceremai”) secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Sang Pendeta melakukan tapa demi meminta kepada Sanghyang Maha Tunggal supaya diberikan ilmu Wijihing Srandil dan kesempurnaan hidup. Lima belas tahun sudah Pendeta Bageral Banjir bertapa di puncak Gunung Ciremai. Tak sia-sia, keinginannya dikabulkan oleh Sanghyang Maha Tunggal. Bersamaan dengan Raga Sukma, ilmu Wijihing Srandil merasuk ke tubuh Pendeta Bageral Banjir. Sang Pendeta langsung merasakan tubuhnya menggigil kedinginan, dan akhirnya pingsan tak sadarkan diri. Bersamaan dengan itu, tanpa disadari oleh Pendeta Bageral Banjir, Gunung Ciremai mendadak meletus dahsyat. Puncak Gunung Ciremai itu ambrol, terlepas, terpental melesat jauh ke awang-uwung (angkasa) dan akhirnya jatuh ke laut. Puncak Gunung Ciremai itu terombang-ambing di perairan laksana perahu dihantam ombak badai. Sementara itu, tubuh Pendeta Bageral Banjir telah raib. Hilang tanpa bekas, bak pindah ke dimensi lain. Sekian ratus tahun berlalu, Puncak Gunung Ciremai masih terombang-ambing di laut. Saat itu, datanglah seseorang ke puncak gunung yang terombang-ambing itu. Memperhatikan dengan seksama, kemudian meyakini bahwa tempat inilah yang dicarinya. Itulah petilasan tempat bertapa Pendeta Bageral Banjir. Segera orang tersebut menuntaskan tapa yang pernah dilakukan Sang Pendeta. Puncak gunung yang semula terombang-ambing di tengah laut, mendadak diam dan berubah menjadi tanah (daratan) biasa. Di tempat ini, orang tersebut mendirikan rumah gubuk dan bermukim. Kegiatannya di rumah gubuk ini, hanya beribadah saja. Orang tersebut yakin akan tempat yang dipilihnya ini. Orang ini selalu berdoa memohon petunjuk guna mengembangkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Tengah khusuk berdoa, tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara tanpa rupa. Suara itu sepertinya keluar dari pepohonan. Suara itu berkata bahwa tempat ini kelak akan menjadi tempat tujuan dan pusat (puser) berkembang-luasnya Agama Islam. Hal ini semakin memantapkan niatnya untuk tetap tinggal selamanya di tempat ini. Dari tempat orang itu biasa duduk, terpancar sinar dari dalam bumi, menghadap permukaan tanah Pulau Jawa. Sinar itu menyoroti tempatnya duduk, dan berpendar ke seantero jagat negara-negara Islam. Orang tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Syekh Nurul Jati atau Syekh Nurjati (Nur Ingkang Sejati). Sedangkan tempatnya duduk, kemudian dikenal sebagai Puser Bumi Gunung Jati.

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Tidak ada komentar:

Posting Komentar